Minggu, 21 Desember 2008 di 02.37 | 0 komentar  

indosiar.com, Brebes - Ini merupakan sentra peternakan itik atau masyarakat disini biasa menyebutnya bebek. Lokasinya di Desa Pakijangan, Kecamatan Bula Kamba, Brebes, Jawa Tengah. Di tempat ini puluhan ribu bebek dipelihara warga setempat, baik untuk diambil dagingnya, maupun dimanfaatkan telurnya menjadi telur asin.
Brebes memang dikenal sebagai pusat penghasil telur asin. Sehingga telur asin menjadi oleh - oleh bagi mereka yang berkunjung ke Brebes. Lokasi peternakan bebek dapat dicapai selama setengah jam perjalanan dari kota Brebes, Jawa Tengah, dengan mengambil arah ke barat, menelusuri jalur Pantura. Sepanjang perjalanan tampak areal persawahan hingga tiba di lokasi.
Desa Pakijangan merupakan pusat peternakan bebek. Didesa ini sedikitnya terdapat dua ratus peternak, dengan puluhan ribu ekor bebek peliharaan. Karena itu bila datang ke desa ini, banyak dijumpai gerombolan bebek yang sedang mencari makan. Melihat begitu banyak bebek berkeliaran, saya jadi tertarik ikut menggiring bebek.
Wah, ternyata asyik juga menggiring bebek. Bila diperhatikan, bebek ini lebih tertib dari pada manusia. Bila berjalan beriringan dengan rapi. Tidak ada yang keluar dari rombongan. Setelah puas menggiring bebek, saya kini ingin menemui pemiliknya. Bebek - bebek ini milik petani yang tergabung dalam kelompok tani ternak itik adem ayem, pimpinan Atmo Suwito.
Beternak bebek tidak sulit, karena hewan ini termasuk kategori penurut. Apalagi bila lokasi peternakannya berada ditepi sungai. Pakan bebekpun mudah didapat. Cukup diberi dedak dengan dicampur hijau - hijauan dan protein ikan.
Pada usia satu setengah bulan seperti ini, anak bebek sangat doyan makan. Karena masih dalam masa pertumbuhan. Bebek mulai bertelur setelah berusia 6 bulan. Masa produktifnya berlangsung hingga berusia dua tahun.
Beternak bebek termasuk menguntungkan. Jika memelihara seribu ekor bebek, setiap harinya dapat diperoleh sekitar tujuh ratus butir telur. Dengan harga telur seribu rupiah per butir, setiap harinya peternak bebek dapat memperoleh pemasukan 700 ribu rupiah.
Selain itu, daging bebek juga banyak diminati. Harga bebek di pasaran, berkisar dua puluh ribu hingga tiga puluh ribu rupiah per ekor. Kebutuhan telur bebek tidak pernah berkurang. Di wilayah Brebes saja setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 45 juta butir telur bebek, untuk diolah menjadi telur asin.
Sentra pengolahan telur asin bertebaran di Brebes. Salah satunya milik Pak Udin. Dia telah menekuni usaha pengolahan telor asin sejak dua puluh tahun lalu. Disinilah Pak Udin mengolah telur bebek menjadi telur asin. Prosesnya sederhana. Telur bebek mula -mula disortir berdasarkan kwalitas dan ukurannya. Lalu telur dicuci dan digosok dengan abu.
Setelah bersih, telur dibungkus adonan yang merupakan campuran bata merah, garam dan abu. Telur bebek yang telah dibaluri lalu diperam diruangan khusus selama kurang lebih setengah bulan. Disinilah telur bebek diperam hingga menjadi telur asin.
Setelah diperam, telur bebek kemudian direbus hingga matang. Proses perebusan dilakukan selama enam jam. Setiap kali merebus, minimal seribu butir telur. Telur asin yang telah matang kemudian dibawa ke tempat pemasaran, dikios oleh - oleh yang bertebaran di sepanjang jalur Pantura. Dikios ini dapat dijumpai berbagai macam telur asin. Mulai dari telur asin rebus, hingga telur asin bakar.
Telur asin Brebes memang terkenal enak dimakan. Selain lebih gurih, rasanya juga tidak terlalu asin. Bila ingin lebih awet dapat memilih telur asin baker. Yang bisa bertahan hingga setengah bulan.(Helmi Azahari/Dv/Ijs)
Diposting oleh cat fish

Indosiar.com, Pekalongan - Cabe merah merupakan salah satu komoditas andalan sektor pertanian. Kebutuhan akan cabe merah yang tidak pernah berkurang, dan harganya yang cukup tinggi membuat bertanam cabe merah merupakan salah satu primadona bagi para petani sayur mayur.
Namun menanam cabe merah tidak mudah. Diperlukan teknik penanaman yang modern, mulai dari pengolahan lahan, pemupukan, hingga penyemprotan hama, yang dapat menghasilkan cabe merah unggulan.
Salah satu verietas cabe merah unggulan yang banyak ditanam petani adalah cabe hot beauty. Ukurannya yang lebih besar dan lebih tahan lama, membuat cabe hot beauty banyak dicari. Walaupun dari segi harga, selalu berfluktuasi.
Lokasi penanaman cabe hot beauty terdapat di Desa Doro Rojo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan kendaraan bermotor selama setengah jam perjalanan dari kota Pekalongan.
Salah seorang yang menanam cabe hot beauty disini adalah Pak Karyono, di lahan seluas 2500 meter persegi. Cabe merah ini sebenarnya merupakan tanaman sela di sawah. Saat Saya datang kebetulan sedang panen cabe, sehingga cabe merah siap petik banyak dijumpai di kebun.
Cabe merah di kebun ini dipanen sesuai pesanan. Begitu pembelinya sudah jelas, barulah panen cabe dilakukan, sehingga cabe yang telah dipetik tidak busuk karena terlalu lama disimpan. Di lahan sawah ini, penanaman cabe dibagi menjadi 225 bedeng. Setiap bedeng berisi sekitar 30 hingga 40 batang pohon cabe.
Sebelum ditanam, setiap bedeng gundukan tanah diberi pupuk kandang sebanyak 25 kilogram, dan pupuk urea 5 kilogram. Lalu ditutup dengan plastik mulsa, sehingga pupuk tahan lama, dan gundukan tanah lebih kuat.
Untuk menanam cabe merah di lahan seluas seperempat hektar, dibutuhkan modal awal sebesar 10 juta rupiah. Modal paling banyak dikeluarkan untuk membeli pupuk dan obat pembasmi hama.
Hama yang paling sering menjadi musuh petani cabe di Desa Doro Rejo ini adalah lalat buah dan kutu daun. Hama tersebut membuat daun menjadi keriting, sehingga buahnya tidak sempurna. Untuk menghindari hama, pohon cabe disemprot dengan obat pembasmi serangga.
Penyemprotan obat pembasmi hama dilakukan setelah semua pohon cabe berbuah sempurna. Selain itu juga dipasang perangkap dengan menggunakan botol plastik yang diisi dengan cairan obat.
Panen dilakukan setiap lima hari sekali. Setiap kali petik didapatkan 700 hingga 900 kilogram cabe. Kebun cabe ini dapat dipanen sebanyak 22 kali hingga cabe benar - benar habis di dahan. Untuk mendapatkan berat maksimal, sehari sebelum dipanen, tanaman disiram air. Jumlah cabe hot beauty setiap kilogramnya berkisar 40 hingga 50 cabe.
Dalam 2 minggu sejak mulai panen, kebon seluas 2500 meter persegi yang ditanam 4000 batang pohon cabe ini sudah menghasilkan 2 setengah ton. Hingga semua buah habis dipetik dapat diperoleh sekitar 6 setengah ton cabe. Sehingga setiap batang pohon bisa menghasilkan 2 hingga 4 kilogram cabe. Seluruh cabe yang dihasilkan dijual ke pasar di kota Pekalongan. (Dv/Ijs)
Diposting oleh cat fish
Budidaya cabe merah di lahan pasir sangat menuntut ketekunan, keuletan, kejelian, kesabaran dan pengetahuan luas maupun kerjasama yang solid antar petani maupun pihak lain, juga modal yang sangat besar jika dibandingkan dengan menanam cabe merah di lahan tanah pada umumnya.
Di pesisir pantai Kulon Progo sepanjang garis pantai dengan lebar ± 1.8 km, terbagi dalam 4 kecamatan dan 10 desa yang mempunyai wilayah pantai dengan kondisi pesisir hampir 100% pasir dengan kedalaman air tanah antara hingga 12 meter, dengan fluktuasi suhu antara siang dan malam sangat tinggi. Namun dengan penuh harapan, sekilas tidak tampak keletihan maupun kepenatan. Keyakinan, keteguhan, semangat dan keberhasilan selalu memotivasi setiap langkah para petani menuju keberhasilan.
Persiapan LahanPersiapan diawali dengan pembersihan gulma secara manual dan selektif pada jenis rumput teki-tekian, kemudian dicangkul/ditraktor sampai selesai 1 bulan menjelang tanam, dengan kedalaman 30 cm. Kemudian dilakukan pengomposan/ditaburi kompos (pupuk kandang) 2 ton/1.000 m. Selanjutnya lebih kurang satu minggu menjelang tanam kembali dilakukan olah tanah dengan mencangkul/ditraktor.
Setelah persiapan awal selesai dilanjutkan dengan membuat alur tanam secara berselang yaitu: 40 cm setiap 2 alur, diberi jarak 100 cm dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan dihasilkan jarak tanam 40 cm X 30 cm dan setiap 2 baris diberi jalan 100 cm. Kemudian alur tanam diberi pupuk kandang dengan dosis 1 ton/1000 m, dengan cara disebarkan secara merata dialur tanam.
Sehari menjelang tanam alur disiram dengan cara dikocor (disiram tanpa menggunakan nosel) lalu diberi pupuk dasar NPK ± 25 kg. Pagi harinya kembali disiram sampai kenyang, dan lubang tanam dibuat dengan menugal menggunakan batang kayu dengan jarak 30 cm mengikuti alur yang telah ada.
PenanamanSetelah bibit berumur 30 hari atau berdaun 4 pasang, bibit ditanam dengan cara menyobek polybag sedemikian rupa sehingga tanah tidak pecah, lalu ditanam sedalam 5 mm dari leher akar/tanah di polybag. Setelah selesai tanam seluruh permukaan lahan diberi mulsa menggunakan jerami atau kristall (kompos kotoran ayam pedaging), kemudian disiram menggunakan selang bercincin (nozel) pada ujung selangnya bisa juga menggunakan gembor (ember khusus untuk menyiram).
Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur pagi hari, bahkan untuk tanaman muda pagi sore. Perlu diperhatikan pula apabila malam hari turun hujan paginya harus tetap dilakukan penyiraman agar percikan pasir yang menempel di batang bisa jatuh, karena bila pasir tetap menempel bisa berakibat fatal akibat pasir yang kena panas akan menghanguskan lapisan kulit batang, sehingga kambium menjadi kering dan tanaman bisa mati.
Air untuk menyiram 100% menggunakan air tanah yang dinaikkan menggunakan pompa air individu, maupun kolektif (sistem embung). Pada awalnya penyiraman secara individu populer dengan istilah Sumur Renteng, namun kini banyak juga digunakan dengan membuat instalasi menggunakan pompanisasi yang dikombinasikan dengan selang modifikasi, sehingga memungkinkan kemampuan kerja menjadi efektif.
Diposting oleh cat fish
Jerami padi merupakan salah satu hasil ikutan pertanian terbesar di Indonesia yang jumlahnya kurang lebih 20 juta ton per tahun, produksinya bervariasi sekitar 12 - 15 ton per hektar atau 4 - 5 ton bahan kering per hektar satu kali panen, tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Sebagian besar jerami padi tidak dimanfaatkan, karena selalu dibakar setelah proses pemanenan.
Sedangkan di sektor peternakan membutuhkan makanan ternak (pakan) yang harus tersedia sepanjang waktu dan sepanjang musim untuk menjaga agar produktifitas ternak tidak menurun. Oleh karena itu, jerami padi sangat penting untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khususnya sapi potong, kambing dan domba agar dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga produksi daging akan meningkat yang akhirnya swasembada daging dapat tercapai.
MANFAAT DAN NILAI GIZIPemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sapi potong, kambing, dan domba, agar dapat berdayaguna dan berhasilguna diperlukan suatu teknologi yang sederhana dan mudah dalam mengerjakannya, tetapi tetap berkualitas. Teknologi tersebut antara lain melalui amoniasi. Amoniasi merupakan teknik perlakuan kimiawi dengan penambahan unsur N dari urea yang ditambahkan pada jerami, sehingga terjadi poses perombakan struktur jerami yang keras menjadi struktur jerami yang lunak, untuk meningkatkan daya cerna (digestibility) dan meningkatkan jumlah jerami yang dimakan (feed intake) oleh sapi.
Jerami merupakan bagian dari batang tanaman padi tanpa akar yang dibuang setelah diambil butir buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak sapi, daya cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat, sehingga total yang dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit. Di samping itu jerami mempunyai nilai gizi jerami yang rendah karena kandungan proteinnya rendah. Melalui teknik amoniasi dapat mengubah jerami menjadi pakan ternak yang potensial dan berkualitas karena melalui amoniasi dapat meningkatkan daya cerna dan meningkatkan kandungan proteinnya.
Prinsip dalam teknik amoniasi ini adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang dicampurkan ke dalam jerami. Amoniasi dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering. Cara basah yaitu dengan melarutkan urea ke dalam air kemudian baru dicampurkan dengan jerami. Sedangkan cara kering ureanya langsung ditaburkan pada jerami secara berlapis. Pencampuran urea dengan jerami harus dilakukan dalam kondisi hampa udara (an-aerob) dan dibiarkan/disimpan selama satu bulan. Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silica yang terdapat pada jerami, karena lignin, selulosa, dan silica merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami.
Lignin merupakan zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak, terdapat pada bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun tanaman dalam jumlah yang banyak. Selulosa adalah suatu polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati yang sebagian besar terdapat pada dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari tanaman. Demikian juga silica tidak dapat dicerna oleh ternak.
Diposting oleh cat fish
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui betapa pentingnya arti kandang bagi unggas, sehingga nampak unggas berkeliaran secara bebas di perkarangan rumah maupun kebun sendiri atau kebun orang lain. Apabila ada wabah penyakit maka dengan cepatnya akan menyebar dan menyebabkan tingginya tingkat kematian pada unggas. Bila kasus penyakitnya berupa flu burung maka lebih fatal lagi bagi ternak maupun pemiliknya.
Banyak manfaat yang kita peroleh bila unggas yang dipelihara dalam kandang selain merupakan tempat tinggalnya juga terlindung dari pengaruh buruk iklim seperti hujan, panas dan angin serta gangguan lainnya seperti hewan liar atau buas dan pencurian. Kandangpun dapat memberikan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari cekaman. Sedangkan manfaat kandang bagi pemiliknya atau si peternak dapat mengendalikan ternak akan kebutuhannya sesuai dengan tujuan pemeliharaan, umpamanya sebagai pembesaran, pedaging, petelur atau sebagai pembibit. Selain itu si pemilik dapat secara ketat mengontrol kondisi ternaknya terutama aspek kesehatan sehingga bila ada kasus penyakit akan dengan cepat dapat dikendalikan.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mendirikan kandang antara lain menyangkut; Jenis usaha, kandang yang akan dibangun disesuaikan dengan jenis usaha unggas, apakah usaha ternak potong atau petelur atau lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kontruksi, tipe, bentuk kandang dan kekuatannya. Skala Usaha, besarnya skala usaha yang akan dijalankan, tentunya berpengaruh terhadap jumlah tipe dan luas kandang yang akan dibangun. Modal yang tersedia, akan berpengaruh terhadap jenis bahan bangunan yang digunakan, tipe kandang, besar kandang, konstruksi dan skala usaha.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pembuatan kandang antara lain:Letak kandang, kandang dibangun pada kedudukan yang agak tinggi agar tidak tergenang air pada saat hujan, bila memungkinkan dirikan kandang jauh dari pemukiman atau bangunan lain. Bagian depan kandang menghadap ke timur agar mendapat cukup sinar matahari pagi. Sekitar kandang tanamlah pagar hidup dengan maksud kandang akan terasa sejuk dan terhalang dari tiupan angin yang kencang.
Atap dan dinding kandang, atap kandang dapat dibuat dari genteng, seng atau daun sirap. Letak atap cukup tinggi dari lantai agar udara dalam kandang selalu segar dan peternak dengan mudah melakukan pembersihan kandang. Dinding dapat dibuat dari bambu, kawat dan lain-lain. Dengan sistim ventilasi yang baik udara dalam kandang tidak lembab dan gas yang berasal dari kotoran unggas segera terganti dengan udara segar.
Lantai kandang, ada dua tipe lantai yaitu lantai beralas dan lantai berlubang, untuk lantai beralas sering juga disebut sistem litter, yang lantainya diberi alas setebal 5-10 cm. Alas kandang dapat berupa sekam padi, serutan kayu atau campuran sekam padi, pasir dan kapur dengan perbandingan 3:2:1`. Alas kandang berfungsi sebagai penghisap air dan kotoran ayam agar kandang selalu kering dan terhindar dari bibit penyakit. Alas kandang diganti setiap 3 bulan sekali. Untuk lantai berlubang dibuat sekitar 50 cm dari permukaan tanah supaya kotoran yang jatuh mudah dibersihkan. Lantai dapat dibuat dari kawat ram, belahan kayu atau bambu dengan jarak 2 – 2,5 cm. Tanah di bawah lantai sebaiknya diberi pasir atau bahan lain yang mudah menyerap air.
Diposting oleh cat fish
Daging kelinci merupakan bahan pangan yang tidak mudah menemukannya di sembarang tempat di Indonesia, namun daging kelinci mudah diperoleh di daerah-daerah di sekitar peternakan kelinci. Kelinci sebagai sumber pangan daging dahulu pernah digalakkan pengembangannya untuk keperluan pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, namun sekarang tidak demikian.
Kelinci sebagai binatang pengerat cukup potensial sebagai binatang penyedia daging, tapi nyatanya hal itu hanya mudah ditemukan di daerah-daerah tertentu seperti Lembang Bandung, Magelang dan lain-lain.
Sebagai sumber protein hewani punya kelebihan yakni di bidang perkembangbiakannya yang cukup mudah. Dalam setahun seekor kelinci dapat beranak sampai 4 kali, dengan jumlah anak setiap kelahiran antara 3 – 8 ekor. Dari segi makanan cukup mudah yakni dengan limbah pertanian berupa hijauan dan rumput.
Biaya pemeliharaannya mudah tapi produktif dan punya nilai ekonomi yang cukup baik dan banyak manfaatnya, terutama dagingnya yang dapat dibuat bahan pangan dalam bentuk dendeng. Dengan bentuk dendeng akan tahan cukup lama, dan tidak mudah bau serta penurunan kualitasnya.
Kulitnya dapat dibuat berbagai aneka kerajinan seperti topi, tas, sabuk dan lain-lain yang punya nilai ekonomi tinggi. Dagingnya yang punya serat halus menyerupai daging ayam yakni lunak dan berwarna putih. Kelebihan daging kelinci adalah tulangnya yang sedikit serta kadar lemaknya yang rendah dari daging sapi.
Rendemen atau berat bersih daging kelinci setelah dikurangi tulangnya sekitar 75 persen mengingat tulangnya yang tipis, dan diyakini mengkonsumsi daging kelinci mampu meningkatkan nafsu makan karena rasanya yang lezat apalagi bentuk olahan dendeng akan memberikan citarasa yang khas.
Membuat dendeng kelinci dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan bahan daging kelinci, serta bahan campuran berupa gula merah, bawang merah, bawang putih, ketumbar, lengkuas, lada dan garam dapur serta natrium nitrat.
Diposting oleh cat fish
JAKARTA - Hal yang paling penting dalam proses pertumbuhan pohon adalah pupuk. Pohon diibaratkan sebuah tubuh. Pupuk yakni kandungan gizi yang sangat dibutuhkan. Di alam zat ini banyak, tersedia. Bercampur dan sisa-sisa organisme yang mati dari tanaman atau hewan.Dalam sistem pertanian konvensional, zat pengguna yang sering dipakai adalah jenis urea serta yang dikenal dengan nama TSF. Jenis itu dibuat secara besar-besaran dan dikeluarkan oleh perusahaan resmi. Kandungannya tentu saja mempunyaizat-zat kimia buatan.Ada cara yang mudah untuk membuat pupuk di rumah, ketimbang membeli pupuk keluaran pabrik di toko pertanian. Dalam dunia PO ada dua macarn pupuk alami, dikenal dengan nama pupuk kandang dan pupuk kompos.Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan yang telah kering dan tidak berbau. Penggunaan dapat dicampur dengan tanah dengan ukuran yang seimbang.”Sebaiknya jangan menggunakan kotoran anjing atau kucing untuk membuat pupuk kandang,” pesan Edi Junaedi, insinyur pertanahan dari KONPHALINDO. Kotoran yang berasal dari binatang pemakan tumbuhan lebih banyak kandungan ”gizi” bagi tanah dan tanaman. Mengandung unsur hara yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan.Bahan pernbuat pupuk kompos banyak terdapat di sekitar rumah. Limbah dapur seperti sisa potongan sayuran, kulit buah-buahan atau dedaunan kering amat baik untuk digunakan. Masukkan potongan-potongan ini ke dalam sebuah lubang. Dapat juga dipakai tong besar atau drum bekas. Kernudian timbun dengan tanah. Aduk timbunan sesering mungkin untuk mempercepat proses pembusukan. Diamkan selama lebih kurang 40 hari. Bila tanah terlihat hitam dan gembur, siap digunakan. Media tanam ini dicampur dengan pasir, tanah, serta kompos dengan perbandingan 1:1: l.Cara sederhana yaitu dengan sistem heap (timbun). Pola ini tidak perlu menguburnya di dalam lubang tanah. Cukup sediakan wadah besar seperti drum. Berilah pasir pada bagian yang paling bawah. Kemudian tanah gembur di atasnya. Masukkan bahan-bahan organik pernbuat kompos setelah itu. Bila ada, lumuri dengan kotoran hewan. Lalu taburi gerusan kapur halus secukupnya. Taruh kernbali bahan-bahan serupa sesuai urutan. Dengan takaran yang sama, kecuali kapur.”Untuk menambah unsur yangdiperlukan seperti nitrogen, dipakai air seni. Hal ini hampir serupa dengan zat yang terkandung dalam pupuk urea,” kata Edi. J, pendamping petani organik di Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri, Pancoran Mas, Depok. Pemberian air kencing itu banyak dilakukan oleh petani-petani organik di Jawa tengah. Mereka mengumpulkan air kotor itu dan hewan ternaknya seperti sapi atau kerbau. Kemudian disemprotkan pada lahan pertaniannya. ”Air seni dari manusia pun dapat digunakan,” imbuh alumnus Universitas Padjajaran Bandung itu.Campuran lain dapat pula ditambahkan dalam proses pernbuatan kompos, sekam, jerami, atau serbuk gergaji sangat baik sekali digunakan. Kumpulan dedaunan yang rontok di halaman belakang rumah juga bisa dipakai. Daripada dibakar, jadikan saja kompos.Gampangkan!(Bambang Parlupi) Sinar Harapan
Diposting oleh cat fish
Urine kelinci dapat dijadikan sebagai cairan pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk tanaman. Penampungan urine dapat dilakukan dengan mennyediakan alas triplek berlapiskan plastik atau seng yang ditempatkan di bawah lantai kandang sehingga berfungsi sebagai talang yang mengalirkan urine ke tempat penampungan. Prinsip dasarnya starter bakteri EM4 ditambahkan dalam urine, dan agar bakteri dapat berkembang biak ditambahkan larutan gula pekat yang berfungsi sebagai sumber makanan dan energi bagi bakteri.

Bahan :
· Urine Kelinci sebanyak 10 liter
· Starter bakteri EM4 sebanyak 0,5 % /liter urine (5 ml/liter urine) Jadi untuk 10 Liter liter urine anda harus menyediakan sebanyak 10 X 5 ml larutan EM4 = 50 ml EM4 (Larutan EM4 dapat dibeli di Kios Penjual sarana Pertanian)
· Larutan gula pekat sebanyak 1 % / liter urine (10 ml/liter urine), jadi untuk bahan urine sebanyak 10 liter anda harus menyediakan 10 X 10 ml = 100 ml laurtan gula pekat. Anda bisa menggantikan larutan gula pekat dengan molase (dosis sama).
Peralatan :
· Ember plastik bertutup atau bisa diganti dengan Jirigen plastik
· Gelas ukur
· Alat Pengaduk
Cara pembuatan :
1. Masukkan 1 Sendok makan gula pasir kedalam gelas berisi sedikit air dan diaduk. Jika gula masih terlarut kita tambahkan lagi sambil terus diaduk, hingga diperoleh larutan air gula yang pekat.
2. Urine kelinci ditempatkan dalam ember plastik atau jirigen (Jerry can)
3. Masukkan Starter bakteri EM4 sebanyak 50 ml ke dalam urine, dan aduk rata.
4. Tambahkan larutan gula pekat sebanyak 100 ml sambil diaduk
5. Ember atau jirigen ditutup rapat dan dibiarkan selama 3 minggu agar terjadi proses fermentasi dan degredasi urine sehingga bau urine akan hilang.
6. Setiap 1 minggu sekali Urine diaduk.
7. Setelah 3 minggu Pupuk urine cair yang kaya akan unsur N,P,K ini siap untuk digunakan (ditandai dengan tidak adanya bau).
Cara Penggunaan :
Pupuk urine diencerkan dengan menambahkan air , perbandingan 1 bagian pupuk urine : 1 bagian air, kemudian semprotkan pada daun tanaman. Untuk tanaman hias pengenceran dapat dilakukan dengan perbandingan 1 bagian pupuk urine : 10 bagian air.
Diposting oleh cat fish
Jakarta,KCM
"Mos ki opo ta?" Begitu pertanyaan Suhar ketika pertama kali diperkenalkan dengan komputer. Ia mengaku sama sekali buta teknologi, sehingga tidak tahu apa itu mouse. Oleh sebab itu keluarlah pertanyaan dari mulutnya, yang bila diterjemahkan kira-kira artinya: "Mouse itu apa sih?"
Suhar adalah seorang petani dari Desa Manukan, Bojonegoro, yang beruntung mendapat kesempatan mengenal komputer, bahkan internet. Petani muda ini sehari-hari bekerja di ladang milik orang tuanya. Keinginannya untuk maju membuat Suhar bersedia menyediakan waktu untuk mengikuti pelatihan di CTLC (community based training and learning centre) Garis Tepi di Bojonegoro.
CTLC sendiri adalah suatu pusat pelatihan teknologi yang merupakan bagian program Unlimited Potential dari Microsoft Indonesia. Di CTLC - yang telah berdiri di beberapa tempat di Indonesia - tersedia komputer-komputer yang terhubung ke internet, yang bisa digunakan anggotanya guna menambah wawasan dan ketrampilan mereka.
Awalnya memang tidak mudah mengenalkan petani pada komputer. Mereka yang sehari-hari memegang cangkul, ternyata merasa kikuk memainkan jemarinya di atas mouse dan tombol-tombol keyboard. Kebanyakan takut salah pencet dan membuat komputer menjadi rusak. "Lha wong tani kok suruh belajar komputer. Buat apa?" kata beberapa petani saat itu.
Tapi keinginan maju dan beberapa kisah sukses yang dialami rekan-rekannya membuat para petani tidak ragu-ragu lagi menggunakan komputer.
Salah satu kisah sukses itu dialami Suhar. Ketika ia mulai belajar internet dan mencari informasi pertanian, Suhar menyadari bahwa banyak permintaan kacang tanah berbiji 2. Padahal selama ini, ia dan rekan-rekannya justru menanam kacang biji 3 atau 4. Maka pada musim tanam berikutnya Suhar menanam kacang biji 2.
Tidak hanya sampai di situ, Suhar juga berusaha mencari pasar baru dengan memposting hasil panennya di internet. Dan penawaran pun datang lewat e-mail dari beberapa pembeli di Pati, Kudus, serta Jember. Meski transaksi tidak terjadi secara online, melainkan tetap melalui "kopi darat", tapi internet telah memungkinkan Suhar menerobos pasar baru yang mungkin sulit ditembusnya dengan cara tradisional.
"Lewat internet saya bisa jualan sekarang mas," katanya. "Saya juga mendapat informasi tentang cara bertani yang lebih baik dan tahu harga-harga panen."
Memang tidak ada yang didapatkan dengan mudah. Dari puluhan penawaran yang diposting ke internet, hanya beberapa saja yang menanggapinya. Nah, mereka yang menanggapi ini kemudian dihubungi lewat SMS. Setelah mendapat pembeli yang cocok harga, barulah panenan dilepas.
"Dengan cara ini saya mendapat untung lebih dan tidak usah membawa-bawa dagangan ke mana-mana," kata Suhar, sambil memamerkan ponsel barunya yang dibeli dari hasil penjualan kacang tanah.
Lain Suhar, lain pula Maimun. Pemuda dari Desa Katur, masih di Bojonegoro ini sehari-hari mengerjakan lahan milik tetangganya. Ketika mendengar ada pelatihan komputer gratis, Maimun segera mendaftarkan diri. Ia berharap mendapat nasib yang lebih baik dengan ketrampilannya itu, mengingat berbagai pekerjaan sudah dicobanya, mulai dari menjadi kuli hingga mengerjakan lahan orang lain.
Rupanya kesempatan itu akhirnya datang. Ketika CTLC Garis Tepi mendapat tawaran kerjasama dengan Rumah Design Klapa Wang di Malang, Maimun terpilih untuk bekerja dan belajar di sana. Kini Maimun sedang mendalami aplikasi design grafis di rumah design itu. baginya ini merupakan peningkatan, dari pekerja yang selama ini hanya mengandalkan tenaga, menjadi seseorang dengan ketrampilan design grafis.
Sedangkan kisah Paryatun, barangkali lebih unik. Perempuan asal Desa Wadang ini belajar komputer di CTLC Garis tepi dan masuk pada angkatan pertama. Selain mendapat pengetahuan baru, ia ternyata juga menemukan jodohnya di sana.
Paryatun yang kini menjadi salah satu instruktur di CTLC juga berkesempatan mendapat training IT di Asean Foundation. Sementara suaminya adalah seorang peserta pelatihan yang merupakan adik kelasnya.
Kisah-kisah di atas membuktikan betapa komputer dan teknologi bisa mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik. Mulai dari membuka pasar hingga mendapat ketrampilan khusus. Yang tidak berubah dari mereka mungkin adalah kesederhanaannya.
Masih dengan gaya bersahaja, ketika ditanya apa rencananya ke depan, Suhar menjawab, bahwa dia akan terus belajar dan meluaskan jaringannya. Lalu targetnya kelak mau jadi seperti apa? "... sak mlakune mas," katanya - suatu jawaban yang sulit diterjemahkan tapi dengan gamblang menggambarkan kepasrahan pada apa yang akan terjadi nanti.
Diposting oleh cat fish
Usaha penggemukan domba milik H Bunyamin selalu diminati konsumen. Kuncinya, domba harus berpenampilan sehat dan bersih.Desa Cimande, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kini tidak saja dikenal sebagai tempat dukun patah tulang dan perguruan silat, tapi juga sentra peternakan domba. Predikat sebagai daerah peternakan domba itu muncul setelah Haji Bunyamin mendirikan “Tawakkal Farm”, sebuah usaha penggemukan domba sejak 1993.Begitu memasuki mulut desa Cimande, setiap pengunjung atau tamu dengan mudah mencari sang peternak, karena nama Haji Haji Bunyamin sudah begitu dikenal oleh tukang ojek yang mangkal di sana. Peternakan yang dirintis oleh Haji Bunyamin mulai dari usaha kecil-jecilan itu, kini telah berkembang cukup pesat. Di sana sekarang terdapat 1.200 ekor domba, yang ditempatkan dalam lima kandang kayu. Semua kandang terawat bersih, bahkan tidak tercium bau domba.Bunyamin biasa menerima para tamu di sebuah kamar sekaligus tempatnya bekerja, yang berada persis di depan kandang domba. Para tamu yang berkunjung ke sana datang dari berbagai kalangan. Mahasiswa jurusan peternakan Universitas Padjajaran dan Institut Pertanian Bogor (IPB) misalnya, sering kali menjadikan peternakan Bunyamin ini sebagai tempat magang. Begitu pula para karyawan yang memasuki masa pensiun, seperti karyawan Bank Indonesia dan BRI, sengaja datang untuk mempelajari cara beternak domba sebagai persiapan usaha bila masa pensiun tiba.“Tapi saya sendiri tidak punya ilmunya. Saya hanya tukang angon,“ kata Bunyamin merendah. Domba-domba hasil penggemukan Bunyamin memang sudah dikenal, bukan saja di Bogor tapi hingga ke wilayah Tangerang dan Jakarta. Biasanya domba-domba itu masuk ke restoran untuk sop atau sate, dan juga untuk kurban pada hari raya Idul Adha.Untuk restoran di kawasan Ciawi hingga Puncak saja, terdapat 32 rumah makan yang menyediakan sop dan sate kambing. Menurut survei yang dilakukan Haji Kadir, seorang pemilik rumah makan khusus menyediakan sop dan sate di Cisarua, untuk kebutuhan seluruh rumah makan di kawasan itu dibutuhkan 560 ekor domba setiap hari atau 560 ekor dalam seminggu. Rumah makan milik Haji Kadir saja membutuhkan delapan ekor domba per hari, dan kalau malam minggu bisa sampai 14 ekor.“Untuk memebuhi kebutuhan rumah makan dari pasar Ciawi sampai Puncak saja saya tidak sanggup. Kesanggupan saya paling hanya dua hari dalam seminggu,”aku Bunyamin. Harga per kilo domba Rp 17.500. Namun, memasuki bulan haji bisa melonjak sampai Rp 25 ribu per kilo. Di tingkat peternak, domba memang dihitung kiloan.Meski sudah 14 tahun menggeluti usaha penggemukan domba, Bunyamin merasa masih belum pantas disebut sebagai peternak domba yang sukses. Baginya, peternak yang sukses salah satu persayaratannya harus sudah punya lahan sendiri, tempat menanam rumput sebagai makanan utama domba.Untuk saat ini guna memenuhi kebutuhan pakan domba-dombanya, Bunyamin masih harus mencari rumput ke kawasan lain di sekitar Cimande. Tapi, saat musim kemarau lokasi tempat pengambilan rumput semakin jauh, sehingga harus menambah beban transportasi. Setidaknya, dalam sehari, 120 karung rumput harus disediakan untuk semua dombanya, yang diberi makan sebanyak dua kali, pagi dan sore.Tidak heran bila domba-domba milik Bunyamin tampak sehat. Bulu-bulu dombanya tidak dibiarkan tumbuh tak terawat. Ketika domba dari warga yang dibelinya masuk ke peternakan, harus dicukur biar bersih. Kukunya dipotong secara berkala. Obat cacing juga rutin diberikan untuk membersihkan isi perutnya. Sebab, menurut pensiunan pegawai negeri sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor ini, hampir semua kambing yang dipelihara warga pasti terkena penyakit cacing.Domba yang sehat dan terawat adalah daya tarik tersendiri bagi konsumen. “Mereka akan merasa puas dengan domba seperti ini, “ kata lelaki kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 2 Mei 1956 ini. Apalagi bila melihat domba Garut atau sering disebut domba tangkas yang khusus untuk domba adu. Harga bibitnya saja bisa mencapai Rp 3 juta. Di peternakan milik Bunyamin, harga domba Garut ditentukan oleh “tongkrongannya”. Artinya, kalau penampilannya bagus dan bersih harga seekor domba Garut bisa mencapai Rp 15 juta.Keberhasilan Bunyamin menggeluti usaha penggemukan domba, bermula dari hobi memelihara domba. Ketika itu pada 1990, Bunyamin memelihara enam ekor domba di belakang rumahnya. Ketika lebaran haji tiba, dia memotong tiga ekor dan menjual tiga ekor lainnya. Rupanya, penjualan tiga ekor ini memberi keuntungan lumayan, sehingga terpikir olehnya untuk meneruskan usaha jual beli domba.Akhirnya, pada 1993, Bunyamin mendirikan Tawakkal Farm. Untuk tempat pemeliharaannya Bunyamin membeli lahan secara mencicil, tak jauh dari rumahnya yang kini dijadikan kandang sekaligus tempat tinggal 20 orang karyawannya.Namun di tengah keberhasilan itu, Bunyamin sebenarnya memiliki trauma dalam usaha peternakan. Kisahnya terjadi antara tahun 1982 hingga1987, ayah seorang putera membuka usaha ayam potong. Jumlah ayam potongnya saat itu mencapai 110 ribu ekor. Hingga 1985 usahanya itu terbilang sukses, sehingga Bunyamin berhasil membeli dua truk dan sebuah kendaraan pick-up untuk keperluan angkutan ternak dan lainnya.Tapi, tatkala memasuki 1986, harga pakan ayam mulai naik, sementara harga jual ayam potong di pasar setiap kali panen justeru anjlok. Akibatnya, biaya produksi tidak tertutupi oleh penghasilan. Pada saat yang sama dia juga harus bersaing dengan pengusaha ayam potong kelas konglomerat yang memiliki peralatan dan modal kuat. “Akhirnya saya bangkrut,” cerita Bunyamin mengenai masa lalunya itu. Dua buah truk dan seluruh angkutan, serta semua peralatan peternakan ludes dijual.Bunyamin menyebut kejatuhan atau kebangkrutan itu dengan sebutan “dipatok ayam”.Masih beruntung saat itu Bunyamin tidak punya utang. Sementara ada kawan-kawannya sesama peternak ayam potong lebih tragis lagi. Menurut cerita Bunyamin, ada peternak ayam potong mati mendadak karena kaget, dan ada pula yang harus menjual rumah tinggalnya, dan pindah ke gubuk yang sebelumnya digunakan untuk beternak ayam.Pengalaman menyakitkan itu membuat Bunyamin makin awas dalam memilih jenis ternak untuk usaha. Dia pun kemudian memilih usaha penggemukan domba. Karena, dia yakin, domba akan memberinya keberuntungan. “Sebab harganya stabil,” katanya optimistis. Mudah-mudahan.Bila Musim Haji TibaLebaran haji adalah masa panen buat pengusaha peternakan domba, seperti Bunyamin. Sebab, pada Hari Raya Kurban itu seluruh isi kandangnya akan terjual habis. Bahkan, 20 hari menjelang lebaran haji, seluruh dombanya sudah bukan milik dia lagi alias sudah dipesan orang. Malahan, ketika Tani Merdeka berkunjung ke peternakanya tiga minggu menjelang puasa, ada 563 domba yang sudah dipesan untuk kebutuhan Idul Adha. Itu berarti setengah dari isi kandangnya, sudah dipastikan berpindah tangan ke konsumen.Para pemesan itu tak lain para pelanggan tetap Bunyamin. Mareka adalah para pedagang domba dan kambing asal Jakarta. Juga, mesjid-mesjid atau institusi yang sudah terbiasa memesan domba kurban kepadanya, seperti Kawasan Berikat Nusantara (KBN) di Jakarta Utara yang sudah empat tahun berlangganana domba Bunyamin. Tidak ketinggalan Keluarga Cendana, setiap kurban memesan 200 ekor darinya.Bunyamin memang bukan satu-satunya pemilik usaha penggemukkan domba untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dan, Bunyamin mengaku tak mungkin bisa memenuhi kebutuhan pasar yang demikian besar. “Setiap lebaran haji, saya masih kekurangan 12 mobil boks domba,” katanya. Setiap mobil box berisi 40 ekor domba. Artinya, untuk memenuhi kebutuhan itu para konsumen harus mencari ke usaha peternakan lain.Nah, untuk mengantisipasi permintaan pasar yang terus menanjak, Bunyamin akhirnya harus bekerjasama dengan orang lain. Salah satu diantaranya, seorang pejabat polisi yang kini sedang berdinas di Sulawsi Utara. Polisi yang pernah dinas di Bogor ini menitipkan ratusan domba kepada Bunyamin untuk dipelihara. Bila musim haji tiba, Bunyamin pun ikut membantu menjualkannya.Sebagai pengusaha peternakan yang sukses kini Bunyamin punya obsesi untuk menjadikan Desa Cimande sebagai sentra domba terbesar di Jawa Barat. Dia sudah mulai melangkah kearah itu. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberi kesempatan warga memelihara enam ekor domba. Bila sudah cukup umur, lima domba diambil oleh Bunyamin, dan satu ekor lagi menjadi milik warga. “Mereka boleh memilih domba yang mereka sukai, “ ujar Bunyamin. Ini namanya usaha untuk kemajuan bersama.(Imam Firdaus)
Diposting oleh cat fish
LIS DHANIATI
Lulus SMU di Aceh, Sahril Sidik (28) sempat mencicipi kerasnya pendidikan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (kini IPDN) di Sumedang, Jawa Barat. Merasa tak betah di sana, ia turut kabur bersama teman-temannya ke Cirebon. Selanjutnya, ia menjalani pendidikan di Akademi Maritim Cirebon hingga tamat.
Ijazah dan pengetahuannya tentang maritim hanya dia manfaatkan selama 11 bulan, sewaktu bekerja di sebuah perusahaan kapal kargo. Urung jadi pelaut, kini Sahril justru menjadi pengusaha mangga gedong gincu.
Disebut pengusaha karena Sahril tak sekadar bertani, tetapi juga mampu mengekspor mangga secara kontinu ke Singapura. Mangga gedong gincu yang diekspornya ke Singapura itu selanjutnya merambah ke negara-negara lain. "Semua ini karena teman," ungkap Sahril, yang kini tinggal di Taman Kapuk Permai, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Bagi Sahril, teman memang memegang peran penting dalam perkembangan bisnisnya. Pengalamannya berorganisasi di Forum Komunikasi Taruna Maritim Indonesia (Forkatami) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) membuat Sahril memiliki banyak teman dari berbagai daerah dan profesi. Organisasi mahasiswa ini memiliki jejaring dengan anggota dan alumni lain di seluruh Nusantara.
Pasar Singapura bisa ditembus Sahril berkat hubungan dengan teman yang sering melelang lukisan di Singapura. "Saya bantu-bantu pekerjaan dia, tetapi saya juga minta dia bawa sampel mangga ke Singapura," ujar lelaki berdarah Aceh ini.
Kualitas juga yang akhirnya membuat pengiriman sampel itu berlanjut ekspor mangga dalam jumlah besar. Ia mulai mengirim sampel tahun 2004, lalu 16 ton di tahun 2005, dan tahun 2006 ini volume ekspor mangganya meningkat tajam sampai 113 ton.
Berkat bantuan seorang temannya yang bekerja di Amerika Serikat, komoditas mangganya mampu menembus pasar AS. Bahkan, menurut temannya tersebut, mangga gedong gincunya juga menjadi santapan kalangan staf di Gedung Putih, kantor kepresidenan AS. Soal persyaratan pastilah ekstra ketat. "Beratnya minimal 2,5 ons, penampakan bersih, dan bebas residu pestisida," tutur Sahril.
Bermula dari cinta
Bisa dibilang, usaha Sahril bermula dari rasa cinta pada Cucu Sumiyati (28), yang kini telah disuntingnya. Rumah tangga mereka telah dikaruniai dua anak, yakni Rizky (4) dan Mila (11 bulan).
"Pada masa-masa pendekatan, saya berkunjung ke rumahnya dan disuguhi mangga gedong gincu. Karena enak, saya habis banyak," kenang Sahril.
Mangga gedong gincu sejenis mangga indramayu (cengkir). Bedanya, gedong gincu ada semburat warna merah di pangkal buah, bentuknya membulat, rasa dagingnya lebih manis, sedangkan seratnya halus. Mangga gedong gincu banyak ditanam di daerah Majalengka dan Cirebon, Jawa Barat.
Dari pengalaman itu, Sahril tertarik untuk berusaha di bidang pertanian mangga. Ia kemudian menyewa dua batang pohon mangga di Desa Pasirmuncang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, seharga Rp 1,6 juta.
"Ditambah biaya pemeliharaan, habisnya sekitar Rp 2,3 juta," ujar Sahril.
Saat itu, harga mangga gedong gincu sekitar Rp 15.000 per kilogram. Alhasil, Sahril yang baru dalam tahap coba-coba bisa memetik keuntungan hingga 200 persen. "Itu baru saya jual ke saudara. Pikir saya, apalagi kalau dijual ke luar negeri," tuturnya.
Menyewa kebun
Keberhasilan menjual mangga ke Singapura membuat ia berpikir untuk memperluas usaha. Tahun 2004, ia menyewa kebun mangga seluas enam hektar dari sejumlah petani.
Tahun ini, ia menyewa kebun mangga 30 hektar yang tersebar di Majalengka dan Cirebon. Sahril selektif dalam menyewa kebun mangga, yakni usia pohon setidaknya sudah sepuluh tahun sehingga tanaman sudah produktif.
Pengelola kebun kebanyakan merupakan petani pemilik dengan sistem gaji bulanan. Ia memberi mereka gaji sekitar Rp 750.000 per bulan. Jumlah itu lebih besar daripada upah minimum Kabupaten Cirebon yang Rp 524.000. Dengan sistem ini, petani mendapat keuntungan ganda. Sarana produksi, seperti pupuk dan obat, ditanggung oleh Sahril.
Cepatnya perluasan sewa lahan untuk mangga ini berkat pinjaman modal dari rekanan usaha Sahril di Singapura. Bahkan, untuk memperkaya pengetahuan, Sahril juga didorong untuk ikut pelatihan agrobisnis di berbagai tempat. Hal ini memperkaya pengetahuan Sahril dalam bertani mangga. Ia pun sering diundang menjadi pembicara dalam acara nasional yang terkait dengan usaha buah-buahan.
Sahril juga tak ragu menularkan pengetahuannya kepada para petani pengelola. Saat ini, ia membina 50 petani mangga. Sahril menyebutkan, jumlah itu masih sangat kurang karena permintaan mangga datang dari berbagai negara, seperti Turki dan China.
Kesulitannya, banyak pemilik pohon mangga yang terbiasa memperlakukan pohon mangga sebagai pohon warisan. "Mereka berpikir, tanpa dipelihara pun pohon sudah berbuah," ujar Sahril.
Untuk mangga kualitas non-ekspor, ia jual ke pasar dalam negeri. Namun, ada juga pasar dalam negeri yang menghendaki mangga dengan kualitas ekspor, misalnya toko swalayan dengan sasaran kalangan menengah ke atas. Stok mangga kualitas non-ekspor yang melimpah membuat ia memperluas jenis usaha, yakni membuat jus mangga melalui kerja sama dengan sebuah pabrik di Surabaya.
Sejauh ini, Sahril tetap berpatokan pada standar mutu buah di Singapura. "Kalau di Indonesia, asal ada (ia menggosokkan ujung telunjuk dan jempol) kualitas kurang bagus pun bisa lolos. Akibatnya, barang dikembalikan," ungkap Sahril.
Diposting oleh cat fish
Oleh: Chandra Muas
Ia memulai usahanya dengan perahu tradisional yang mengandalkan tenaga dayung dan layar. Berkat rajin menabung dan jauh dari hidup hura-hura, ia bisa membeli mesintempel. Kini ia telah memiliki 6 kapal besar, galangan kapal, pabrik es dan Bank Perkreditan Rakyat yang akan segera berdiri di Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tempat tinggal nya selama ini. Dengan sekian sektor usaha yang dimilikimya itu, diperkirakan dlm sebulan ia bisa berpenghasilan sekitar 3 milyar rupiah. Padahal Haji Sumarno (32 tahun) cuma jebolan kelas 3 SD, yang hingga kini pun tetap hidup dengan kesederhanaannya.Sumarno lahir di desa Bendar, kampung nelayan di pinggiran kota Juwana,Kabupaten Pati, Jawa Tengah, 18 September 1969. Ia anak ke lima dari enam orang bersaudara, pasangan keluarga, H Suli (61 tahun) dan Hj.Sasmini (58 tahun). Orangtuanya benar-benar nelayan tulen yang mengandalkan hidup dari menangkap ikan di laut. Saat duduk di kelas tiga SD tahun 1979, Sumarno tidak berminat lagi untuk melanjutkan sekolah karena terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Saat itu, anak-anak sebayanya banyak yang putus sekolah dan langsung terjun ke laut membantu orang tua menangkap ikan. Demikian halnya dengan Sumarno. “Saya kasihan sama ayah. Demi anak-anaknya, beliau harus terkatung-katung di atas perahu kecil di tengah lautan seorang diri. Siang,malam bahkan di bawah terik matahari dan hujan badai yang maha dahsyat,” kata Sumarno memulai obrolannya dengan KARTINI.“Cuma, waktu itu saya punya target. Saya korbankan diri berhenti sekolah,tapi, saya harus menjadi orang yang berhasil di laut,” tambah Sumarno.Target pertama, ia harus bisa membeli mesin tempel untuk perahu tradisional milik ayahnya.
BELAJAR DARI AYAHNYAWaktu itu, ayahnya punya sebuah perahu tradisional kecil ukuran panjang 5 meter, lebar 2 meter dan tinggi 80 Cm. Perahu ini mengandalkan dayung sebagai tenaga penggerak, jika ada angin mereka memakai kain sebagai layar. Tidak jarang, kain sarung yang mereka kenakan, kerap digunakan pulasebagai layar untuk mempercepat lajunya perahu. Dengan perahu tradisional itulah Sumarno memulai segalanya, bersama sang ayah yang dianggap sebagai gurunya di dunia nelayan. Ayahnya mengajarinya segala hal tentang pekerjaan nelayan. Mulai dari mendayung perahu, menebar jaring di laut, mengangkat jaring, memilah ikan, mengemudikan perahu, hingga menjualnya di lokasi pelelangan ikan dan pasar. Tidak hanya itu, ilmu”membaca” karakter alam pun ia peroleh dari ayahnya. Misalnya tanda-tanda hujan atau badai akan tiba, membaca letak posisi bintang dengan arah yang dituju di tengah malam yang gelap dan pekat pun, dikuasai Sumarno lewat ayahnya. “Pokoknya ayah saya adalah guru bagi saya dalam segala hal. Beliau telah memberikan motivasi yang tidak ternilai bagi saya,” kata Sumarno. Saatnya melaut, bisa dimulai pagi hari, bisa juga petang hari, tergantung cuaca dan musim. Jika berangkat pagi, pulangnya sore. Begitu pula sebaliknya, bila berangkat sore, mereka akan kembali pagi dengan membawa hasil tangkapannya. Sebelum berangkat, tentu saja berbagai bekal di laut disiapkan dari rumah. Diantaranya nasi bungkus, air minum dan kue-kue kecil. Tidak jarang, ikan hasil tangkapan pun bisa mereka panggang di atas lampu petromak yang selalu mereka bawa bila menangkap ikan malam hari. Begitu sampai di darat, hasil tangkapan langsung mereka lelang di TPI (Tempat Pelelangan Ikan), tidak jauh dari rumahnya. Dari hasil penjualan itu,Sumarno diberi ayahnya antara 4 - 5 ribu rupiah. “Uang itu langsung saya tabung dalam celengan bambu yang selalu saya titipkan di kamar Ibu. Tidak sepeser pun saya ambil, karena saya tidak merokok, tidak jajan dan tidak pergi ke mana-mana. Untuk makan, nebeng dengan orangtua. Jadi pendapatan saya utuh setiap hari,” kata Sumarno.Bertahun-tahun hal itu ia lakukan. Bila celengannya penuh, ia bikin lagi celengan baru. Yang lama tetap ia simpan di lemari ibunya. Dengan uang tabungannya itu, Sumarno akhirnya berhasil membeli sebuah mesin tempel merek Robin, dengan bahan bakar bensin.Dengan mesin ini jelajah tangkapan ikannya makin jauh dan penghasilan Sumarno bersama ayahnya pun kian meningkat. Otomatis tabungan pribadinya pun kian meningkat. Dua tahun kemudian, Sumarno berhasil membeli sebuah perahu tradisional lengkap dengan mesin tempel merek Kubota bertenaga 3,5 PK, seharga Rp 2.100.000. Sejak itu Sumarno mulai mandiri dan punya dua orang anak buah. Hasilnya ia bisa menabung 20 hingga 25 ribu rupiah sehari dan bisa pula memberi ibunya uang sekitar 5 - 10 ribu rupiah per hari.
MENIKAHTahun 1986, Sumarno berhasil mengganti perahunya dengan perahu yang lebih besar dengan ukuran mesin 8,5 PK. Setahun kemudian, ia berhasil pula membeli sebuah sepeda motor baru. Saat itulah, untuk pertamakalinya diakui Sumarno, ia mengenal wanita, yakni Endang Suharmiati (27 tahun), yang kemudian dipersuntingnya tahun 1989 dan kini telah melahirkan dua orang anak, Anton Subur Santoso (11 tahun) serta Muhammad Ahfas (1,5 tahun). Setahun setelah menikah, sepeda motor dan perahu bermesin tempelnya ia jual. Kemudian ia membelikan sebuah kapal kecil dengan panjang 10 meter lebar 4 meter dan tinggi 1,5 meter dengan tenaga 22 PK, seharga 6,5 juta rupiah. Kapal itu langsung dinahkodai Sumarno dengan jarak tempuh lebih jauh dan hasil tangkapan lebih banyak. Pulang seminggu sekali, bersama beberapa orang anak buahnya, dengan penghasilan bersih sekitar 500 ribu rupiah per minggu. Sejak itu, tiap tahun ia berhasil membeli sebuah perahu bermesin tempel yang dijalankan orang lain dengan sistem bagi hasil.Tahun 1995, kapal dan lima perahunya ia jual, kemudian ia belikan sebuah kapal yang lebih besar, bermesin 6 silinder, seharga 47 juta rupiah. Kian tahun, jumlah kapal Sumarno kian banyak, hingga tahun 1998, setelah ia putuskan tidak melaut lagi, ia sudah memiliki 6 buah kapal besar dengan jumlah ABK (anak buah kapal) masing-masing sekitar 50 orang. Harga kapalnya pun tidak tanggung-tanggung, dari harga 350 juta rupiah, hingga 1 milyar rupiah. Berdasarkan pengalaman membeli kapal baru di sebuah galangan kapal di Rembang tahun 1998, dengan pinjaman kredit dari sebuah bank swasta di Pati, Sumarno terinspirasi untuk membuat sebuah galangan kapal di lahan milik orangtuanya yang menghadap langsung ke Pantai Juwana. “Saya rekrut beberapa ahli pembuat kapal dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Diantaranya dari Rembang, Pati, Tegal dan Pekalongan. Mereka ini adalah para ahli kapal kayu tradisional dari daerahnya masing-masing,” kata Sumarno. Ilmu yang mereka miliki dipadukan di Galangan Kapal UD. Anton Jaya milik Sumarno, sehingga galangan tersebut dapat menghasilkan kapal kayu berkualitas. Hingga pertengahan 2001, menurut Sumarno, tidak kurang dari 45 kapal dari berbagai ukuran, mulai dari berkuran panjang 10 meter hingga 100 meter dengan muatan ratusan ton, telah dibuat di galangannya. Selain ada pesanan nelayan lokal, tidak sedikit pula yang dibawa ke Kalimantan dan Sumatera. Terakhir, yang sedang dikerjakan, adalah tiga buah kapal ukuran sedang pesanan Gubernur Jawa Tengah, Mardianto, yang dipersiapkan untuk peningkatan kesejahteraan nelayan di beberapa wilayah Jawa Tengah nantinya, dengan harga 1 milyar lebih. “Insya Allah, yang satunya akan selesai pertengahan Oktober ini. Sisanya menyusul bulan berikut,” kata Sumarno.
JADI MILYUNERHampir empat tahun Sumarno tidak terjun ke laut. Seluruh urusan kapal dan hasil tangkapannya ia jalankan dari darat dengan menaruh orang-orang kepercayaan di setiap kapalnya. Seluruh keluarga terdekatnya, ia percayakan di masing-masing kapal tersebut. Mulai dari kakak tertuanya, Rasiman, Haji Arif, Sutari dan adik bungsunya Sutopo, menjadi nahkoda di masing -masing kapal tersebut, dibantu beberapa keponakannya sebagai asisten nahkoda. “Sisanya, masyarakat sekitar sini bekerja di kapal saya.Alhamdulillah, saya bisa membantu kehidupan nelayan sekitar sini,” kata Sumarno. Sedang untuk pembukuan dan keuangan, Sumarno merekrut dua orang keponakannya, jebolan akademi keuangan Semarang, Yuni dan Prapti. “Seluruhnya saya percayakan kepada mereka-mereka itu. Bagi saya, kepercayaan adalah segala-galanya. Sekali mereka tidak jujur, bagi saya tidak ada kesempatan kedua untuk kembali memperoleh kepercayaan yang sama. Hingga saat ini, walau sebenarnya saya awam soal pembukuan secara modern, tapi, Alhamdulillah, saya bisa menghitung secara alamiah, sesuai nalar yang saya miliki,” kata Marno.Hasilnya, dari bulan ke bulan, jumlah uang Sumarno di bank kian meningkat. Menurut perkiraan seseorang yang dekat dengannya, penghasilan Sumarno per hari, tidak kurang dari seratus juta rupiah. “Kalau sebulan, anda bisa kalikan, sekitar tiga milyar,” kata orang tersebut.Perkiraan itu, agaknya masuk akal. Selain kini Sumarno telah duduk sebagai Direktu Utama PT. Tirta Mina Lestari, pabrik es terbesar di Kabupaten Pati, sebuah Bank Perkreditan Rakyat miliknya pun akan segera berdiri, di kota Juwana, bernama Mina Lana. “Alhamdulillah, tinggal menunggu saat yang tepat untuk peresmiannya,” kata lelaki berkulit hitam itu.Dengan sekian sektor usaha yang dimiliki, Sumarno kini mempekerjakan sekitar 400 karyawan dan 15 orang sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk memperlancar perputaran roda usaha yang dia miliki. Sedang Sumarno sendiri, karena seluruh mekanisme yang ada telah berjalan sesuai aturannya masing-masing, kini tinggal mengawasi seluruh sektor usahanya, secara umum, lewat kantor utama di samping rumahnya yang terbilang megah di tengah perkampungan nelayan desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati Jawa Tengah.Kini, untuk bepergian, Sumarno punya sebuah mobil Opel Blazer tahun terbaru. Untuk berkomunikasi, ia punya beberapa telepon genggam mutakhir sebagai alat komunikasi kaum eksekutif saat ini. Cuma, terus terang diakui, hingga saat ini ia tidak pandai memakai dasi. “Sungguh Mas, saya tidak bisa pasang dasi. Begitu juga istri saya. Kami ini orang kampung yang bodoh,” katanya merendah. Karena itu, bila menghadiri acara penting di Semarang atau kota lain bersama kaum eksekutif lainnya, Sumarno Cuma mengenakan kemeja batik atau jas tanpa dasi. Sedang dalam keseharian, Marno tampil sangat bersahaja, mengenakan sandal kulit dan sepeda motor untuk jarak dekat. Opel Blazer ia keluarkan bila akan bepergian agak jauh atau mengajak anak istrinya berkeliling kota Juwana, Pati atau ke Semarang dan sebagainya.
INGIN ANAK SEKOLAH KE LUAR NEGERI“Terus terang, saya ini orang bodoh, Mas. Hanya berkat tangan Tuhan-lah makanya saya sedikit berbeda dari orang lain. Kalau Tuhan tidak berkenan,mungkin hingga saat ini saya masih berhujan berpanas di tengah laut untuk enghidupi anak istri,” katanya. Untuk itu, diakui Marno, ia merasa ngeri dan berat bila memandang ke belakang tentang perjuangannya menggapai cita-cita. “Bayangkan, saya pernah nyaris dijemput maut ketika dapat musibah di laut. Saya terpelanting dari perahu tatkala perahu saya dihantam ombak.” Berjam-jam lamanya Sumarno terkatung-katung di air, hingga kemudian diselamatkan nelayan lain. Tidak hanya itu, ketika ia mencapai target hendak membeli sebuah perahu bermesin, ia harus turun ke laut selama 50 hari berturut-turut, tanpa henti. Satu hal yang disyukuri Sumarno atas “kebodohannya”, ia tidak kenal hingar bingar dunia hiburan, bioskop, diskotik, judi, wanita, minuman keras dan sebagainya. “Alhamdulillah, saya mensyukuri itu,” katanya berulang-ulang. Menyangkut pahitnya perjuangan hidup, Sumarno tidak ingin anaknya kelak harus berjuang keras melalui penderitaan pahit seperti dia.“Alhamdulillah, kini saya ada uang. Jika anak saya mau, lulus SMP nanti, saya ingin ia sekolah ke luar negeri sampai meraih gelar sarjana di sana. Terserah dia mau pilih sekolah apa dan di negara mana pun, akan saya dukung. Ini bukan sombong, tetapi memang keinginan saya yang luhur, ingin anak saya maju sebagai pelanjut usaha ini nantinya,” kata Marno.
Diposting oleh cat fish

Sebut saja sate jamur, jamur goreng tepung, sup jamur, pepes jamur, keripik jamur, dan banyak jenis makanan olahan lain dari jamur, kini menjadi daftar menu utama di restoran-restoran yang menyediakan menu khusus vegetarian. Di restoran dan rumah makan umum pun, menu serbajamur kini semakin banyak ditemui. Jamur disukai tak hanya karena rasanya yang lezat. Jamur, juga dipercaya kaya manfaat. Dibanding dengan daging, jamur memang punya nilai plus tersendiri. Jika daging erat dengan masalah lemak atau kandungan kolesterol, jamur sebaliknya: bebas kolesterol serta kaya serat vitamin dan mineral. Karenanya, jamur dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit. Jamur merang, misalnya berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah, bahkan dapat mengobati kanker. Sesuai dengan namanya, umumnya jamur ini tumbuh pada merang atau jerami padi. Jamur merang dapat dengan mudah kita temui di tumpukan jerami sehabis masa panen padi. Seusai masa panen, jamur merang akan sulit ditemui. Namun dengan cara pembudidayaan modern, kita dapat menikmati jamur merang kapan saja. Tidak tergantung musim. Pembudiyaan jamur merang secara modern, membutuhkan tempat khusus yang diset sebagai tempat tumbuh jamur. Kumbung (rumah jamur) yang telah dilengkapi media tumbuh dan telah diatur temperaturnya merupakan tempat terbaik untuk kembang biak jamur merang. Kumbung dapat dibuat dengan rangka besi, kayu atau bambu, serta dinding dan atap plastik. Di bagian luar kumbung ini dipasang lagi atap, dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu, nipah ataupun kain yang dapat ditutup dan buka, untuk mengatur cahaya matahari yang masuk. Kumbung juga harus dilengkapi jendela untuk mengatur sirkulasi udara. Di dalam kumbung, dibuat dua deret rak (bedengan) bertingkat, sebagai tempat meletakkan media tumbuh.Media tumbuh yang dibutuhkan merupakan hasil pengomposan jerami dan campuran limbah kapas dengan perbandingan 2:1, ditambah 1-2 % kapur. Jerami dibasahi air, kemudian ditimbun bersama kapur di lantai, lalu ditutup plastik polibag selama 5 hari. Pada hari kelima, timbunan itu dibuka, dibalik, dan ditambahi bekatul, kemudian diletakkan di bedengan. Bedengan itu kemudian ditutup polibag selama 4 hari untuk menjalai proses fermentasi. Sebelum digunakan, bahan ditambah lagi dengan limbah kapas dan biji-bijian seperti kacang hijau, beras, jagung, kedelai, atau biji kapuk.Setelah siap, media tumbuh diletakkan di rak-rak bedengan di dalam kumbung. Agar terhindar dari serangan bakteri, ngengat, ataupun jamur lain, kumbung dan media tanam harus disterilkan. Sterilisasi dilakukan dengan proses pasteurisasi, yakni pemanasan kompos dan ruangan rumah jamur dengan uap panas hingga temperatur 70 derajat celcius selama 5-7 jam. Suhu kompos dipertahankan 70 derajat selama 2-3 jam. Pemanasan kumbung ini dilakukan dengan menghidupkan generator uap yang telah dihubungkan dengan ruangan dalam kumbung. Generator uap dapat dibuat sederhana, menggunakan drum-drum bekas yang diisi air, serta dipanaskan menggunakan kayu bakar. Uap yang dihasilkan disalurkan ke dalam kumbung.Setelah pasteurisasi, udara segar dibiarkan masuk untuk menurunkan suhu hingga mencapai 32-35 derajat celcius. Saat inilah bibit boleh mulai ditanam.Bibit jamur merang biasanya diperoleh dari penjual bibit. Tidak mudah membuat biakan bibit jamur sendiri, kalaupun bisa, kualitasnya tidak selalu bagus. Bibit ditebarkan di seluruh permukaan jerami yang telah dikomposkan. Setelah itu, jendela dan pintu kumbung ditutup selama tiga hari. Suhu dijaga dalam kisaran 32-38 derajat celcius. Bibit jamur memerlukan suhu yang agak panas untuk menumbuhkan miselium (benang-benang jamur). Sirkulasi udara harus dijaga. Selain itu, perhatikan pula media tumbuh, jangan sampai jerami kering. Bila perlu, semprotkan air yang telah dicampur sedikit urea.Pada hari ke 8-12 setelah peletakan bibit, jamur merang sudah siap dipanen. Jamur merang biasanya diminati saat kuncupnya belum mekar, masih berbentuk bulat dengan warna putih kecoklatan. Bila kuncup telah mekar, meski masih bisa dimakan, namun nilai ekonomisnya akan turun.Saat ini, jamur merang kualitas bagus dapat dijual dengan harga cukup tinggi, 9.000-10.000 perkilogram. Dari setiap kandang berukuran 4 x 8 meter berisi sepuluh rak bedengan, dapat dipanen 25-40 kilogram jamur. Setiap hari selama masa panen yang berlangsung 15-17 hari. Muridun, petani jamur di Desa Rowosari Kecamatan Limpung, Batang.
Diposting oleh cat fish

Jamur merupakan salah satu makanan alternatif vegetarian. Tak hanya itu, jamur juga menjadi menu makanan berkelas dalam setiap hidangan karena tumbuhan ini memiliki kandungan gizi tinggi. Selain mengandung protein, kalsium, fosfor, dan kalori, jamur juga rendah lemak.
SAYANGNYA, belum banyak yang membudidayakan jamur. Kalupun ada, masih skala kecil meskipun mampu memberikan penghasilan cukup lumayan. Kendalanya justru pada benih atau bibit jamur itu sendiri yang selama ini masih didatangkan dari Bogor dan Karawang, Jawa Barat.
Di Dusun Wonogari, Desa Tulusrejo, Pekalongan, Lampung Timur, misalnya, beberapa tahun lalu telah diuji coba (kaji terap) budi daya jamur merang dengan memanfaatkan sisa-sisa tanaman padi.
Kaji terap yang ditujukan mendapat hasil tambahan selain bertani, dilakukan berkelompok dengan dana swadaya masyarakat dan stimulan dari Pemda Lampung Timur. Dan hasilnya cukup memuaskan.
Sementara di pinggiran Kota Bandar Lampung, budi daya jamur skala kecil mulai tumbuh dan terus bertahan. Seperti di Kampung Lingsuh, Rajabasa, dan Margajaya, Jatiagung, yang terus mengembangan usaha budi daya jamur ini.
Pembudi daya jamur di kedua wilayah tersebut merupakan binaan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung sejak tahun 2002.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lampung Ir. Masdulhaq, budi daya jamur merang ini sebetulnya memiliki prospek cukup cerah karena pasar masih menerima berapa pun jumlah yang dihasikan petani pembudi daya jamur.
"Sayangnya, justru produksinya yang belum stabil. Artinya belum mampu menyediakan kebutuhan pasar secara rutin," ujarnya, Senin (12-7).
Soal kendala bibit, menurut dia, sebetulnya bisa diproduksi di Lampung. Namun, karena jumlah pembudi daya jamur masih sedikit, pembuatan bibit dinilai belum efektif. "Seandainya sudah banyak yang membudidayakan, bukan mustahil bibit bisa kita produksi sendiri," ujarnya.
Saat ini pemasaran jamur merang yang ada tidaklah sulit karena pedagang justru yang datang ke tobong-tobong jamur dengan harga pembelian Rp12.000/kg. "Kalau sudah masuk pasar atau supermarket pasti harganya sudah beda," kata Masdulhaq.
Di dua desa binaan tersebut saat ini ada sekitar belasan tobong jamur yang terus bertambah. "Jika tidak memberikan untung, tidak mungkin tobong terus bertambah. Cuma permodalan juga menjadi tersendiri," ujar Kepala Dinas Pertanian itu.
Kandungan protein jamur cukup tinggi, dalam 100 gr jamur segar terkandung sekitar 3,2 gr protein, jumlah ini akan bertambah menjadi 16 gr jika jamur berada dalam keadaan kering. Selain itu, jamur juga memiliki kandungan kalsium dan fosfor cukup tinggi, 51 mg dan 223 mg, dan mengandung 105 kj kalori, dengan kandungan lemak rendah, 0,9 gr.
Dengan rasa cukup lezat, tak heran semua orang bisa menikmatinya, apalagi dengan variasi hidangan yang berbeda. Biasanya jamur juga menjadi campuran menu hidangan berkelas.
Tidak hanya itu, ternyata sejumlah jamur juga bisa menyembuhkan berbagai penyakit, seperti jamur maitake yang mampu mengobati kanker dan AIDS.
Jamur maitake di Amerika dikenal dengan hens of the wood (ayam betina dari kayu). Sebutan ini muncul karena bentuknya yang mirip jengger ayam. Jamur ini juga dikenal sebutan raja jamur karena ada yg memiliki ukuran raksasa sebesar bola basket.
Meskipun memunyai dasar yg tampak kokoh, makin ke atas teksturnya makin rapuh. Karena itu, daya tahannya juga rendah. Jika dimasukkan dalam kantong kertas, maitake bertahan 7--10 hari dalam lemari es.
Maitake dapat disajikan dalam berbagi hidangan, salah satunya adalah dengan cara ditumis dengan sedikit minyak atau mentega, atau bisa juga dibuat campuran sop dan dapat juga digunakan untuk masakan segala jenis jamur.
Pada pertengahan tahun 1980, Prof.Dr. Hiroaki Nanba, Ph.D., peneliti jamur terkenal di Jepang, menemukan manfaat jamur maitake (Grifola frondosa) sebagai antikanker. Namun sejak awal tahun 1980-an itu, Pemerintah Jepang sebenarnya menyetujui tiga jenis ekstrak jamur untuk digunakan sebagai obat kanker.
Maitake tumbuh di daerah bagian timur laut Jepang. Secara harfiah, nama maitake bermakna "jamur menari" (dancing mushroom). Konon nama itu disebabkan kisah kuno, awal jamur maitake ditemukan.
Jamur shitake bentuknya mirip tutup seperti payung. Warnanya berkisar dari cokelat sampai cokelat tua.
Dibandingkan dengan maitake, jamur ini lebih tahan lama karena bisa bertahan sampai 14 hari dalam kantong kertas dan disimpan di lemari es. Shitake bisa digunakan untuk segala jenis masakan, tapi bisa juga digunakan sebagai campuran sup atau pasta.
Adalagi jamur kancing yang bentuknya mirip dengan kancing, bulat dengan tangkai pendek dan gemuk. Besarnya pun bervariasi dan teksturnya lembut.
Jamur yang masih muda ditandai dengan tudung yang menguncup, memunyai rasa yang lembut. Sedangkan jamur yang telah matang ditandai dengan membukanya tudung, memunyai warna gelap dan rasa lebih kuat.
Jamur ini bisa tahan 5--7 hari dalam lemari es, dengan terlebih dahulu dimasukkan dalam kantong kertas. Jamur mentahnya bisa digunakan sebagai garnish. Tapi, jika ingin dimasak bisa diolah untuk campuran sup.
Sementara jamur yang akrab dengan menu kita sehari-hari adalah jamur merang. Jamur ini paling banyak diolah menjadi campuran sup atau ditumis. Untuk mendapatkan jamur merang ini pun tidaklah terlalu sulit karena banyak tersedia di supermarket dan juga pasar tradisional.
Budi Daya Jamur Merang
Sebetulnya, tidak terlalu sulit membudidayakan jamur merang karena segala kebutuhannya tersedia. Adapun kebutuhan berbudi daya jamur merang ini:
- Bangunan rumah ukuran 4 x 6 x 3 m
- Jerami/batang kedelai kering secukupnya
- Bambu secukupnya
- Kapur sirih
- Kapuk/kapas sintetis
- Drum dan pipa
- Bibit jamur merang
Buat bangunan rumah (biasanya dari geribik) ukuran 4 x 6 x 3 m, tak perlu jendela cukup pintu satu buah.
Lapisi dinding bagian dalam termasuk atap dengan plastik yang rapat.
Belah bambu buatlah rak susun ukuran bebas dan beri gang untuk masuk.
Jerami atau sekam padi yang sudah dicuci bersih diletakkan pada rak bambu secara merata dan taburkan kapur sirih dan abu di atas jerami. Tumpuklah jerami lagi di atasnya begitu seterusnya hingga tebal 25 cm tutuplah dengan plastik yang rapat, ditunggu 3 hari tiga malam.
Taburan kapur sirih dan abu tadi kemudian dibuka dan diaduk-aduk lalu diratakan lagi kemudian di atasnya diberi kapas dan ditaburi bibit jamur.
Drum diisi air dan pasang pipa ke dalam ruangan yang diisi rak-rak lalu pintu ditutup.
Panasi drum tersebut selama 15 jam, sehingga suhunya mencapai 90 derajat Celsius. Tunggu sampai 7 hari jamur akan tumbuh subur, petiklah hasilnya.
Dalam panen jamur jangan diambil seluruhnya pilih yang agak besar-besar saja. Yang kecil petiklah esok harinya.
Cara Membuat Bibit
Pilihlah jamur yang batangnya kelihataan besar/keadaan jamur besar semuanya. Irislah tipis-tipiis kemudiian masukkan ke dalam botol atau tempat lainnya. Masukkan batang bambu dan tutuplah rapat-rapat diamkan 15 hari.
Ambillah bambu tersebut, jadi yang melekat pada bambu tersebut adalah bibitnya dan simpanlah dalam plastik dan botol.n SAG/E-2
Diposting oleh cat fish
OlehWidjil PurnomoKARAWANG – Bagi kalangan petani jamur merang (Volvariella volvacea) di Indonesia, sosok Ir Misa Suwarsa, Msc (49) sudah tidak asing lagi. Pak Misa, begitu ia biasa dipanggil, merupakan satu-satunya ahli jamur merang di Indonesia. Bahkan ia sukses mendidik dan melatih orang yang ingin menjadi petani seperti dirinya.Itulah sebabnya, rumah Misa yang dikelilingi areal persawahan di Kampung Jatimulya, Mekarjati, Karawang, Jawa Barat, tak pernah sepi dikunjungi tamu, mulai dari pejabat, ilmuwan jamur merang hingga pedagang di pasar. Menteri Pertanian (waktu itu) Bungaran Saragih merupakan pejabat yang paling sering berkunjung ke rumah Misa. Bahkan suatu kali, Bungaran Saragih datang membawa istri dan tamunya dari Uni Eropa untuk menikmati sate jamur merang. Suami Yani Maryani (34) ini tak canggung mencangkul sawah bersama petani lain dan memikul jerami dari sawah ke tempat penyimpanan di dekat rumahnya. Tugas utamanya adalah memeriksa tubung-tubung (kamar tempat pembiakan jamur merang yang kedap cahaya) di dekat rumahnya, dengan dibantu sepuluh karyawannya."Saya ini petani dan keturunan petani. Jadi aneh rasanya kalau hanya berpangku tangan dan duduk di depan meja seperti orang kantoran," ucapnya terkekeh. Kehidupan bapak dua anak, yakni Muhammad Hidayatullah (10) dan Siti Nurjanah (3) ini sangat bersahaja. Rumah induknya berukuran sekitar 4x6 m2 berlantaikan semen dengan dinding separuh tembok dan separuh kayu di bagian atas. Tidak ada perabotan yang istimewa kecuali rak yang berisi berbagai literatur. Di samping rumah dekat tubung, terdapat bangunan tanpa dinding dan di sinilah ia menerima tamu atau berdiskusi dengan murid-muridnya di atas balai-balai.Misa mengaku bahagia karena pemerintah memberi perhatian pada perkembangan jamur merang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini terbukti dengan dibentuknya Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Jamur Merang Indonesia oleh Departemen Pertanian yang dipusatkan di rumahnya dan mengangkat Misa sebagai kepalanya. Setiap periode, pemerintah mengirim utusan dari berbagai daerah untuk dididik dan dilatih menjadi petani jamur merang."Kini mereka sudah menjadi petani jamur merang. Ada yang sukses, tapi juga ada yang gagal karena jamurnya tidak bisa tumbuh dengan baik. Biasanya yang gagal ini, mereka tidak sungguh-sungguh ingin menjadi petani. Mereka hanya iseng saja," tuturnya.Kiprahnya di bidang jamur merang, membuat Misa melenggang masuk Istana Negara. Ia mendapat penghargaan sebagai perintis budi daya jamur merang di Indonesia. Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 27 Mei 2004. Pada tahun itu pula ia satu-satunya orang asing yang diundang Pemerintah China untuk mendalami jamur merang selama setahun di negara tirai bambu itu. Petani MemprihatinkanMenjadi petani jamur merang sebenarnya bukan cita-cita Misa Suwarsa, meski ia anak petani di Depok, Jawa Barat. Kesadaran ini justru muncul saat ia telah mapan sebagai dosen di almamaternya, Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB). "Saya terkesan saat ngobrol dengan seorang profesor dari satu negara di Eropa yang saat itu menjadi dosen tamu di ITB," ungkapnya.Profesor itu menyatakan prihatin melihat petani Indonesia yang nasibnya sangat malang karena tidak bisa memanfaatkan potensi yang ada di sekelilingnya. Seandainya mereka bisa memanfaatkan jerami, kehidupan ekonominya pasti akan lain. "Jerami dibakar begitu saja. Padahal sisa abunya justru merusak kesuburan tanah karena mengandung karbon," ungkap Misa menirukan profesor itu.Sebaliknya, jerami bisa dimanfaatkan sebagai media pembudidayaan jamur merang. Secara ekonomis, nilai jual jamur merang enam kali lipat dari nilai padi. Sementara peluang pasarnya sangat besar, terutama China dan Jepang, juga negara-negara Eropa. "Seharusnya ada seorang ahli yang mau membimbing para petani itu agar bisa hidup sejahtera," katanya.Mendengar ucapan itu, Misa tersentak lalu teringat orang tuanya sendiri yang kesulitan menghidupi anak-anaknya. "Hati saya bergolak antara tetap sebagai dosen atau terjun langsung membimbing petani. Akhirnya saya memutuskan keluar sebagai dosen ITB," kata Misa mengenang peristiwa 15 tahun lalu itu. Rupanya keputusan itu tidak direstui orang tua. Tapi Misa yang kala itu masih bujangan, tetap nekad dan malah pergi ke Karawang. "Saya hanya mendengar kalau Karawang itu lumbung padi. Maka saya pergi ke sini, meski tidak punya bekal dan tidak punya saudara," ungkapnya.Di Karawang, Misa langsung menuju sekelompok petani di sawah dan mengungkapkan keinginannya untuk membuat jamur merang. Namun ia justru ditertawakan karena sudah banyak usaha jamur merang yang gulung tikar. Hal ini tidak membuat niat Misa surut. Ia tetap minta agar dikenalkan dengan pengusaha jamur merang yang bangkrut itu. Lantas kepada pengusaha tersebut, Misa menawarkan kerja sama, tapi ditolak karena sang pengusaha kapok membudidayakan jamur merang. Maka kemudian ia menyewa tiga tubung milik pengusaha itu. Di luar dugaan, ternyata tiga tubung itu membuka babak babak baru dalam hidupnya. Hanya dalam tempo sebulan, Misa bisa secara terus menerus memanen jamur merang dan menjualnya sendiri ke pasar. Tak ayal, ia langsung melunasi utangnya termasuk bunga yang digunakan untuk proses produksinya.Sebelum masa sewa selama setahun habis, Misa sudah mampu membeli lahan di Kampung Mekarjati untuk membangun tiga tubung sendiri. Kini ia memiliki delapan tubung yang setiap tubungnya rata-rata menghasilkan 1.500 kg jamur merang setiap bulan. "Para pedagang datang sendiri ke sini dengan membeli antara Rp 7.500 hingga Rp 10.000 per kg. Restoran di Jakarta juga ada yang pesan langsung dari sini dengan kualitas yang paling baik. Kami kewalahan melayani permintaan mereka," ucapnya.Misa juga mengaku ada permintaan untuk mengekspor jamur merang, tapi belum bisa dilaksanakan karena permintaan dalam negeri saja belum bisa dipenuhi. Bahkan ada sebuah bank asing yang cukup bonafit menawarkan bantuan finansial agar Misa bisa memproduksi besar-besaran untuk ekspor. "Saya menolak karena misi saya bukan seperti itu," tegasnya. n
Diposting oleh cat fish
Jumat, 19 Desember 2008 di 04.07 | 0 komentar  

PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untukkonsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnyadengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut,dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga beluttinggal diambil saja.PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalamjumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatianyang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalamkualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harusdibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan(untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belutukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untukpemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm danuntuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanyadibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belutremaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolambelut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) dayatampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dandasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selaluada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupukkandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosonguntuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnyaditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagiditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelahtumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnyasekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikianmedia dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkanbeberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
PEMELIHARAAN DAN PEMBESARAN
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk
pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah
satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa
cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari
sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada
pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari
luar dan dalam kolam tidak beracun.

PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dangeografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapatberada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengankelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalukeruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbahpabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisarantara 25-31 derajat C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dankaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaituukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasatidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
PENYIAPAN BIBIT
1) Menyiapkan Bibit a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secaraintensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulandalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan. b.Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibitdiperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. c. Pemilihanbibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanyabelut yang dipijahkan 40± 30 cm dan belut jantan berukuran ±adalahbelut betina berukuran cm. d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahandengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolamseluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari denganukuran anak belut berkisar 1,5-2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segeradiambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit.Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkandi kolam 1 (satu) bulan sampai anak belut±pendederan calon bibitselama tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudahbisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulanatau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belutditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam halini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yanghilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di airyang mengalir.
PEMELIHARAAN PEMBESARAN
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentukpelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salahsatu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupacacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 harisekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan padapemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dariluar dan dalam kolam tidak beracun.

ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,- b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-d. Lain-lain Rp. 30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28 10.2.Gambaran Peluang AgribisnisBudidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaranmempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaanikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik,maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminatikonsumen.
Dikutip dari :http://groups.google.co.id/group/belutjawa/msg/93463d210c0da8b0
PROSPEK PASAR BELUT DI HONGKONG
Siang itu Juli 2006 di Batutulis, Bogor, pancaran matahari terik membuat Ruslan Roy harus berteduh. Ia tetap awas melihat kesibukan pekerja yang memilah belut ke dalam 100 boks styrofoam. Itu baru 3,5 ton dari permintaan Hongkong yang mencapai 60 ton/hari, ujar Ruslan Roy.
Alumnus Universitras Padjadjaran Bandung itu memang kelimpungan memenuhi permintaan belut dari eksportir. Selama ini ia hanya mengandalkan pasokan belut dari alam yang terbatas. Sampai kapan pun tidak bisa memenuhi permintaan, ujarnya. Sebab itu pula ia mulai merintis budi daya belut dengan menebar 40 kg bibit pada Juli 1989.
Roy-panggilan akrab Ruslan Roy-memperkirakan seminggu setelah peringatan Hari Kemerdekaan ke-61 RI semua Monopterus albus yang dibudidayakan di kolam seluas 25 m2 itu siap panen. Ukuran yang diminta eksportir untuk belut konsumsi sekitar 400 g/ekor. Bila waktu itu tiba, eksportir di Tangerang yang jauh-jauh hari menginden akan menampung seluruh hasil panen.
Untuk mengejar ukuran konsumsi, peternak di Jakarta Selatan itu memberi pakan alami berprotein tinggi seperti cacing tanah, potongan ikan laut, dan keong mas. Pakan itu dirajang dan diberikan sebanyak 5% dari bobot tubuh/hari.
Dengan asumsi tingkat kematian 5-10% hingga berumur 9 bulan, Roy menghitung 4-5 bulan setelah menebar bibit, ia bakal memanen 400 kg belut. Dengan harga Rp40.000/kg, total pendapatan yang diraup Rp 16 juta. Setelah dikurangi biaya-biaya sekitar Rp 2 juta, diperoleh laba bersih Rp 14 juta.
Keuntungan itu akan semakin melambung karena pada saat yang sama Roy membuat 75 kolam di Rancamaya, Bogor, masing-masing berukuran sekitar 25 m2 berkedalaman 1 m. Pantas suami Kastini itu berani melepas pekerjaannya sebagai konsultan keuangan di Jakarta Pusat.
Perluas areal
Nun di Bandung, Ir R M Son Son Sundoro, lebih dahulu menikmati keuntungan hasil pembesaran belut. Itu setelah ia dan temannya sukses memasok ke beberapa negara. Sebut saja Hongkong, Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Malaysia, dan Thailand. Menurut Son Son pasar belut mancanegara tidak terbatas. Oleh karena itu demi menjaga kontinuitas pasokan, ia dan eksportir membuat perjanjian di atas kertas bermaterai. Maksudnya agar importir mendapat jaminan pasokan.
Sejak 1998, alumnus Teknik dan Manajemen Industri di Institut Teknologi Indonesia, itu rutin menyetor 3 ton/hari ke eksportir. Itu dipenuhi dari 30 kolam berukuran 5 m x 5 m di Majalengka, Ciwidey, Rancaekek, dan 200 kolam plasma binaan di Jawa Barat. Ia mematok harga belut ke eksportir 4-5 US$, setara Rp 40.000-Rp 60.000/kg isi 10-15 ekor. Sementara harga di tingkat petani plasma Rp 20.000/kg.
Permintaan ekspor belutNegara TujuanKebutuhan (ton/minggu)
Jepang1.000
Hongkong350
Cina300
Malaysia80
Taiwan20
Korea10
Singapura5
Sumber: Drs Ruslan Roy, MM, Ir R. M. Son Son Sundoro, www.eelstheband.com, dan telah diolah dari berbagai sumber.
Terhitung mulai Juli 2006, total pasokan meningkat drastis menjadi 50 ton per hari. Itu diperoleh setelah pria 39 tahun itu membuka kerja sama dengan para peternak di dalam dan luar Pulau Jawa. Awal 2006 ia membuka kolam pembesaran seluas 168 m2 di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Di tempat lain, penggemar travelling itu juga membuka 110 kolam jaring apung masing-masing seluas 21 m2 di Waduk Cirata, Kabupaten Bandung. Total jenderal 1 juta bibit belut ditebar bertahap di jaring apung agar panen berlangsung kontinu setiap minggu. Dengan volume sebesar itu, ayah tiga putri itu memperkirakan keuntungan sebesar US$2.500 atau Rp 20.500.000 per hari.
Di Majalengka, Jawa Barat, Muhammad Ara Giwangkara juga menuai laba dari pembesaran belut. Sarjana filsafat dari IAIN Sunan Gunungjati, Bandung, itu akhir Desember 2005 membeli 400 kg bibit dari seorang plasma di Bandung seharga Rp 11,5 juta. Bibit-bibit itu kemudian dipelihara di 10 kolam bersekat asbes berukuran 5 m x 5 m. Berselang empat bulan, belut berukuran konsumsi, 35-40 cm, sudah bisa dipanen.
Dengan persentase kematian dari burayak hingga siap panen 4%, Ara bisa menjual sekitar 3.000 kg belut. Karena bermitra, ia mendapat harga jual Rp12.500/kg. Setelah dikurangi ongkos perawatan dan operasional sebesar Rp 9 juta dan pembelian bibit baru sebesar Rp 11,5 juta, tabungan Ara bertambah Rp17 juta. Bagi Ara hasil itu sungguh luar biasa, sebab dengan pendapatan Rp 3 juta-Rp 4 juta per bulan, ia sudah bisa melebihi gaji pegawai negeri golongan IV.
Bibit meroket
Gurihnya bisnis belut tidak hanya dirasakan peternak pembesar. Peternak pendeder yang memproduksi bibit berumur tiga bulan turut terciprat rezeki. Justru di situlah terbuka peluang mendapatkan laba relatif singkat. Apalagi kini harga bibit semakin meroket. Kalau dulu Rp 10.000/kg, sekarang rata-rata Rp 27.500/kg, tergantung kualitas, ujar Hj Komalasari, penyedia bibit di Sukabumi, Jawa Barat. Ia menjual minimal 400-500 kg bibit/bulan sejak awal 1985 hingga sekarang.
Pendeder pun tak perlu takut mencari pasar. Mereka bisa memilih cara bermitra atau nonmitra. Keuntungan pendeder bermitra: memiliki jaminan pasar yang pasti dari penampung. Yang nonmitra, selain bebas menjual eceran, pun bisa menyetor ke penampung dengan harga jual lebih rendah 20-30% daripada bermitra. Toh, semua tetap menuai untung.
Sukses Son Son, Ruslan, Ara, dan Komalasari memproduksi dan memasarkan belut sekarang ini bak bumi dan langit dibandingkan delapan tahun lalu. Siapa yang berani menjamin kalau belut booming gampang menjualnya, ujar Eka Budianta, pengamat agribisnis di Jakarta.
Menurut Eka, memang belut segar kini semakin dicari, bahkan harganya semakin melambung jika sudah masuk ke restoran. Untuk harga satu porsi unagi-hidangan belut segar-di restoran Jepang yang cukup bergengsi di Jakarta Selatan mencapai Rp 250.000. Apalagi bila dibeli di Tokyo, Osaka, maupun di restoran Jepang di kota-kota besar dunia.
Dengan demikian boleh jadi banyak yang mengendus peluang bisnis belut yang kini pasarnya menganga lebar. Maklum pasokan belut-bibit maupun ukuran konsumsi-sangat minim, sedangkan permintaannya membludak. (Hermansyah/Peliput: Lani Marliani)

HAMA DAN PENYAKIT
Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
Diposting oleh cat fish Label:
Oleh : Maulana Yudiman
Buah Salak adalah salah salah satu buah lokal asli Indonesia. Buah dengan rasa manis kesat, dan segar ini memiliki beberapa varietas. Namun, salak unggulan yang umum dikenal adalah salak pondoh yang dibudidaya oleh para petani salak di daerah Turi, Cangkringan, Tempel dan Pakem Kabupaten Sleman.
Nah, salah seorang petani yang cukup berhasil dalam usaha budidaya salak, adalah Surya Agung Saputra. Petani muda ini, telah sejak lama menggeluti budidaya salak. Maklum, selain lahir di daerah penghasil salak, keluarga besar Agung adalah juga petani pembudidaya salak.

Sedari kecil, Agung telah berkenalan dengan salak. Menurut Agung, pada awalnya, para petani membudidayakan jenis salak lokal, atau biasa disebut salak jawa, yang umumnya berasa kecut dan tumbuh liar. Namun, sejak 1974, varietas salak pondoh, yang merupakan varietas asli asal Turi mulai dikembangkan oleh Mbah Tomo, yang masih terbilang keluarga Agung.
Salak pondoh asal Sleman memiliki kekhasan karena dibudidaya di lereng gunung merapi yang kaya abu vulkanik, dan berjenis regosol/pasir. Kondisi inilah yang membedakan salak PSS dengan salak dari daerah lain. Selain itu, dibanding salak lain, salak PSS memiliki keawetan dan kesegaran yang lebih lama, dan warna buah yang lebih cerah.
Sejak saat itu, budidaya salak pondoh kemudian berkembang semakin pesat. Sejak 1980an, beberapa kelompok tani mulai terbentuk, dan usaha salak pun diarahkan ke sektor agrowisata pada dekade 1990an. Masa kejayaan petani salak terjadi pada tahun 1985 - 1995. Saat itu, para petani salak menikmati harga penjualan yang cukup tinggi. Saat itu harga satu kg salak, sebanding dengan 10 - 15 kg beras. Namun, krisis ekonomi yang terjadi di akhir tahun 1997 memupus kejayaan itu.
Terdorong oleh semakin turunnya posisi tawar petani akibat harga jual yang tidak menentu, Agung yang lulus sebagai Sarjana Teknik Industri dari Universitas Islam Indonesia tahun 2000 mendirikan CV Surya Alam Sejahtera (SAS) Indomerapi, pada 2002. Lewat perusahaan ini, Agung selain menjadi petani pembudidaya juga membangun kemitraan dengan kelompok tani yang lain, serta memasarkan produk salak sleman dan turunannya.
Salah satu upaya pemasaran yang dikerjakan SAS Indomerapi adalah dengan mengembangkan agrowisata kebun salak, dengan mengajak para petani lain untuk membuka kebun salak untuk tak hanya menjadi kawasan produksi, juga sebagai lokasi wisata, penelitian dan pelatihan budidaya. Di lokasi wisata agro ini, para wisatawan yang berkunjung dapat langsung memetik buah salak langsung dari pohonnya.
Usaha Kebun Wisata Salak Pondoh yang pertama dibuka adalah kebun milik keluarga seluas 3 ha. Seiring model pemasaran getok tular, tingkat kunjungan ke kebun keluarga ini semakin meningkat. Tingginya tingkat kunjungan ke kebun wisata keluarga ini, telah membantu meningkatkan penjualan salak pondoh.
Belajar dari sukses ini, Agung juga menjajagi kerjasama dengan Pemda Kab. Sleman untuk mengembangkan kawasan agropolitan yang meliputi kawasan budidaya salak pondoh tak hanya di Kecamatan Turi, melainkan juga di Cangkringan, Tempel, dan Pakem.
Tuntutan pasar yang semakin berkembang membuat Agung menjalankan beberapa inovasi budidaya. Salah satunya adalah dengan mengembangkan usaha budidaya salak organik. Selain target pasar yang tidak lagi hanya menyasar pasar tradisional, juga kini merambah pasar modern, dan kesadaran konsumen yang menginginkan produk-produk sehat, menjadi salah satu dasar pertimbangan budidaya salak organik. Menyikapi hal ini, sejak 1995 proses budidaya di kebun keluarga telah dijalankan tanpa menggunakan pupuk kimia, dan sejak tahun 2000 telah dibuka kebun khusus untuk salak organik.
Hal lain yang menjadi perhatian Agung adalah pentingnya pemberian merek pada produk salak pondoh asal Sleman. Bagaimanapun, merek diperlukan untuk menjadi pembeda produk salak pondoh Sleman dengan salak dari daerah lain. Sejak tahun 2002, merek “Pondoh Super Sleman” (PSS) mulai digunakan untuk produk salak pondoh yang dipasarkan Agung. Singkatan nama ini juga memiliki kesamaan dengan klub sepakbola kebanggan masyarakat Sleman. Kesamaan ini, buat Agung adalah peluang. Setiap klub tamu yang menjadi lawan PSS Sleman, senantiasa dikirimi Agung salak PSS juga.
Saat ini, produk Salak PSS sudah menjangkau pasar modern, diantaranya ke supermarket Hero, Hypermart, Carrefour. Namun karena musibah gempa dan kemarau panjang, pasokan untuk pasar modern sempat terhenti, namun kini telah berjalan kembali.
Sekarang ini, Agung melalui SAS telah menjalin kerjasama dengan Bimandiri (afiliate company Amarta Bisma) untuk kegiatan pemasaran dan pengembangan usaha. Salah satunya adalah dukungan Bimandiri untuk menjadikan produk salak PSS seagai produk filiere (CQL) Carrefour. Kegiatan ini mencakup teknik budidaya yang baik (GAP), dan pendokumentasian proses budidaya. Kegiatan ini juga sejalan dengan visi SAS untuk menjadi pemimpin pasar produk pertanian organik dan penyedia layanan rural tourism.

Selain melayani pemesanan salak organik, melalui SAS Indomerapi, Agung juga menerima pemesanan bibit salak pondoh, kontrak pembuatan kebun salak, konsultasi, studi dan pelatihan pertanian, pembuatan kerajinan dari kulit dan biji salak, dan mengembangkan tour ke desa dan homestay Desa Wisata.
Menikah dengan Ari Erta Kumala, SS, alumni Sasra Perancis UGM yang dikenalnya saat kuliah, kebahagiaan Agung sebagai petani salak saat ini semakin lengkap dengan kehadiran dua orang buah hati ; Aulia Zahra Amalia (4 th) dan Tahta Kautsar Muhammad. (1 bln). (*)
Diposting oleh cat fish
Oleh : Maulana Yudiman
Keputusan H. Sujadi untuk membudidayakan ikan gurame sekitar dua puluh tahun lalu ternyata tidak keliru. Produk ikan gurame yang dibudidayakannya kini diterima oleh salah satu jaringan supermarket internasional sebagai produk yang terjamin kualitasnya. Selain akan dipasarkan di jaringan toko supermarket ini, ikan Gurame H. Sujadi berpeluang menembus pasar ekspor.
Keberhasilan ini merupakan satu dari sekian banyak pengakuan yang diterima oleh H. Sujadi atas kerja keras dan keuletannya membudidayakan ikan gurame. Ikan gurame (osphronemus Gouramy lac), merupakan ikan asli indonesia. Ikan ini dikenal luas oleh masyarakat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, khususnya di wilayah Banyumas (Purwokerto dan Cilacap), serta Banjarnegara. Ikan ini umumnya dibudidayakan oleh masyarakat secara tradisional. Oleh Sujadi, ikan gurame dibudidaya dengan cara-cara modern, meski tanpa meninggalkan kearifan tradisional. Salah satu diantaranya, meski menggunakan pakan buatan pabrik untuk mempercepat pertumbuhan, Sujadi juga senantiasa mengimbanginya dengan memberi pakan daun-daunan, khususnya daun iles-iles dan sente.

Satu hal lain, Sujadi pantang menggunakan obat-obatan dan bahan kimia lain, untuk pengobatan ikan gurame yang terkena penyakit. Gurame dikenal rentan terkena hama dan penyakit, terlebih saat terjadi perubahan cuaca. Sebagai gantinya ayah tiga anak ini hanya rajin menaburi kolam guramenya dengan garam. Hasilnya ternyata terbukti manjur, jarang sekali ia mendapati ikan guramenya terserang penyakit. Cara ini didapatnya dari pemikirannya yang sederhana, “Ikan laut tak pernah ada yang terkena penyakit, itu karena mereka hidup di alut yang airnya asin,” katanya sembari tersenyum. Filosofi sederhana ini diterapkan oleh Sujadi yang ternyata terbukti mujarab menghindarkan ikan gurame dari hama dan penyakit.
Namun, tentu saja garam buka satu-satunya resep Sujadi dalam sukses berbudidaya gurame. Salah satunya adalah tahapan budidaya yang dengan dilakuknnya dengan disiplin. Diantraranya sejak pemilihan benih, penyiapan kolam, perlakuan pada kolam, diantaranya dengan menaburkan kapur tohor, dolomit, dan suplemen penyubur tanah, pemberian pakan yang terpola, hingga yang terakhir itu : rajin menaburi kolam guramenya dengan garam.
Pendidik sekaligus Petani
Sebelum terjun sebagai petani pembudidaya gurame, Sujadi adalah guru di SD, dan pembina pramuka. Aktifitasnya sebagai pembina pramuka menjadikannya sebagai salah seorang pembina pramuka terbaik se kabupaten Cilacap. Namun, Sujadi yang diwarisi sepetak tanah oleh orangtuanya di Desa Glempang, Maos Cilacap. Merasa menjadi guru - meski merupakan pekerjaan mulia - namun dirasakan tidak akan cukup menjamin kesejahteraan hidup keluarganya. Sujadi memilih untuk beralih profesi menjadi petani pembudidaya gurame dan mengajukan pensiun muda dari profesi guru yang sudah lama ditekuninya. Dari dua petak kolam berukuran 200 meter persegi, di tahun 1987, kini berkembang menjadi 16 kolam, dengan luas keseluruhan mencapai 1,2 ha. Dari setiap kolam, setidaknya mampu menghasilkan 2 - 3 ton ikan gurame per periode panen (4 bulan). Kolam ini pun rencananya akan diperluas lagi, untuk memenuhi permintaan terhadap ikan gurame yang semakin meningkat.
Selain mampu mengisi kebutuhan ikan gurame untuk beberapa restoran terkemuka di Jawa Barat, ikan gurame Sujadi juga dibeli oleh para petani gurame lain di kawasan Jawa Tengah, dan sebagian kota di Jawa Barat seperti Ciamis, Garut dan Tasikmalaya. Selain menjadi petani, Sujadi juga menjadi distributor pakan yang diproduksi oleh salah satu perusahaan pakan terbesar di Indonesia. Pakan produksi PT Central Proteinaprima ini, selain digunakannya sendiri juga disalurkan untuk para petani pembudidaya gurame lainnya di sekitar Cilacap.
Karena keberhasilannya ini, Sujadi menjadi rujukan dan tempat bertanya para petani gurame lainnya. Tak hanya di wilayah Cilacap, juga di wilayah lain di luar Cilacap. Keberhasilannya bertani gurame membuatnya terpilih sebagai salah satu petani teladan tingkat nasional tahun 1996, yang mengantarnya ke istana untuk mendapat penghargaan dari presiden saat itu, Suharto.
Jaminan Produk Berkualitas
Kini, produk guramenya sudah menembus supermarket asal Perancis, CarrefourPerkenalan Haji Sujadi dengan jaringan supermarket asal Perancis ini berawal ketika salah satu pemasoknya, Amarta Bisma mengenalkan produk guramenya kepada salah satu toko milik supermarket asal Perancis itu di Jakarta. Tak disangka, permintaan terhadap gurame yang dikirim dalam bentuk olahan beku itu cukup disambut pasar. Permintan pun terus mengalir.
Pada saat yang bersamaan, Carrefour pun tengah membidik produk asli Indonesia untuk diikutsertakan dalam program Carfour Quality Line (CQL) atau Jaminan Produk Berkualitas sebagai komitmen perusahaan asal Perancis ini menyajikan produk terbaik untuk konsumennya. Gurame yang dibudidayakan H. Sujadi kemudian terpilih. Program ini sudah dijalankan Carefour di beberapa negara, dan di Indonesia, Gurame milik H. Sujadi adalah produk kedua (setelah produk udang asal Lampung) yang mendapat kehormatan untuk mengikuti program serupa.

Namun, jalan untuk menjadikan gurame terpilih sebagai produk dengan jaminan berkualitas tak selalu mudah. Beberapa persyaratan yang ditentukan oleh Carrefour sebagai pemasar produk cukup banyak dan beberapa diantaranya cukup sulit. Diantaranya keharusan adanya alur budidaya yang transparan sejak ikan berukuran benih, tahapan pembesaran, hingga ikan dikirimkan ke Carrefour. Selain itu, Sujadi juga harus melakukan pencatatan secara rinci pada setiap kolam yang dimilikinya. Ia juga diharuskan untuk menyertakan sertifikat yang menjamin pakan dan benih yang digunakannya untuk budidaya bebas dari hasil rekayasa genetis (GMO-Genetics Modified Organism). Persyaratan terakhir merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh tidak harus dipatuhi, sebab Carrefour ingin menjamin keamanan pangan atas produk yang dipasarkannya.
Intinya, H. Sujadi dituntut untuk menjalankan cara bertani yang baik (GAP = Good Agriculture Process), selain juga melengkapi persyaratan tata cara bertani yang ramah lingkungan, serta keharusan untuk menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang bahkan, tanpa mengetahui jargon CSR yang saat ini banyak digembar-gemborkan oleh berbagai kalangan, ia sudah sejak lama menerapkannya.
Buat H. Sujadi, program jaminan kualitas ini tetap saja tidak mengubah apapun dalam dirinya. Kesederhanaan adalah kesehariannya. Bersama sekitar 14 orang karyawannya, kegiataan sehari-harinya adalah mengurus kolam, serta menjadi tempat bertanya para petani binaannya. Produk guramenya kini, merupakan pionir untuk produk dengan jaminan kualitas terbaik, dan dipasarkan oleh jaringan supermarket ternama, yang memungkinkan menembus pasar internasional lewat jaringan pasar Carrefour yang mendunia.
Biodata
Nama : H. SujadiLahir : Banjarnegara, 14 Desember 1952Istri : Siti Uminah, Spd.Anak : Retno Nirwanasari, dr., Galih Adi Nugroho (Adi), (Lulusan D3 Perikanan IPB), Hernadi Nugroho (Ogo) (Mahasiswa D3 Perikanan Unsoed)Pendidikan : Lulusan Sekolah Pendidikan GuruPrestasi : Petani Teladan Nasional tahun 1995, Pembicara di berbagai seminar tentang gurame, Pembudidaya Gurame dengan Jaminan Produk Berkualitas dari Carrefour
Diposting oleh cat fish