Jakarta,KCM
"Mos ki opo ta?" Begitu pertanyaan Suhar ketika pertama kali diperkenalkan dengan komputer. Ia mengaku sama sekali buta teknologi, sehingga tidak tahu apa itu mouse. Oleh sebab itu keluarlah pertanyaan dari mulutnya, yang bila diterjemahkan kira-kira artinya: "Mouse itu apa sih?"
Suhar adalah seorang petani dari Desa Manukan, Bojonegoro, yang beruntung mendapat kesempatan mengenal komputer, bahkan internet. Petani muda ini sehari-hari bekerja di ladang milik orang tuanya. Keinginannya untuk maju membuat Suhar bersedia menyediakan waktu untuk mengikuti pelatihan di CTLC (community based training and learning centre) Garis Tepi di Bojonegoro.
CTLC sendiri adalah suatu pusat pelatihan teknologi yang merupakan bagian program Unlimited Potential dari Microsoft Indonesia. Di CTLC - yang telah berdiri di beberapa tempat di Indonesia - tersedia komputer-komputer yang terhubung ke internet, yang bisa digunakan anggotanya guna menambah wawasan dan ketrampilan mereka.
Awalnya memang tidak mudah mengenalkan petani pada komputer. Mereka yang sehari-hari memegang cangkul, ternyata merasa kikuk memainkan jemarinya di atas mouse dan tombol-tombol keyboard. Kebanyakan takut salah pencet dan membuat komputer menjadi rusak. "Lha wong tani kok suruh belajar komputer. Buat apa?" kata beberapa petani saat itu.
Tapi keinginan maju dan beberapa kisah sukses yang dialami rekan-rekannya membuat para petani tidak ragu-ragu lagi menggunakan komputer.
Salah satu kisah sukses itu dialami Suhar. Ketika ia mulai belajar internet dan mencari informasi pertanian, Suhar menyadari bahwa banyak permintaan kacang tanah berbiji 2. Padahal selama ini, ia dan rekan-rekannya justru menanam kacang biji 3 atau 4. Maka pada musim tanam berikutnya Suhar menanam kacang biji 2.
Tidak hanya sampai di situ, Suhar juga berusaha mencari pasar baru dengan memposting hasil panennya di internet. Dan penawaran pun datang lewat e-mail dari beberapa pembeli di Pati, Kudus, serta Jember. Meski transaksi tidak terjadi secara online, melainkan tetap melalui "kopi darat", tapi internet telah memungkinkan Suhar menerobos pasar baru yang mungkin sulit ditembusnya dengan cara tradisional.
"Lewat internet saya bisa jualan sekarang mas," katanya. "Saya juga mendapat informasi tentang cara bertani yang lebih baik dan tahu harga-harga panen."
Memang tidak ada yang didapatkan dengan mudah. Dari puluhan penawaran yang diposting ke internet, hanya beberapa saja yang menanggapinya. Nah, mereka yang menanggapi ini kemudian dihubungi lewat SMS. Setelah mendapat pembeli yang cocok harga, barulah panenan dilepas.
"Dengan cara ini saya mendapat untung lebih dan tidak usah membawa-bawa dagangan ke mana-mana," kata Suhar, sambil memamerkan ponsel barunya yang dibeli dari hasil penjualan kacang tanah.
Lain Suhar, lain pula Maimun. Pemuda dari Desa Katur, masih di Bojonegoro ini sehari-hari mengerjakan lahan milik tetangganya. Ketika mendengar ada pelatihan komputer gratis, Maimun segera mendaftarkan diri. Ia berharap mendapat nasib yang lebih baik dengan ketrampilannya itu, mengingat berbagai pekerjaan sudah dicobanya, mulai dari menjadi kuli hingga mengerjakan lahan orang lain.
Rupanya kesempatan itu akhirnya datang. Ketika CTLC Garis Tepi mendapat tawaran kerjasama dengan Rumah Design Klapa Wang di Malang, Maimun terpilih untuk bekerja dan belajar di sana. Kini Maimun sedang mendalami aplikasi design grafis di rumah design itu. baginya ini merupakan peningkatan, dari pekerja yang selama ini hanya mengandalkan tenaga, menjadi seseorang dengan ketrampilan design grafis.
Sedangkan kisah Paryatun, barangkali lebih unik. Perempuan asal Desa Wadang ini belajar komputer di CTLC Garis tepi dan masuk pada angkatan pertama. Selain mendapat pengetahuan baru, ia ternyata juga menemukan jodohnya di sana.
Paryatun yang kini menjadi salah satu instruktur di CTLC juga berkesempatan mendapat training IT di Asean Foundation. Sementara suaminya adalah seorang peserta pelatihan yang merupakan adik kelasnya.
Kisah-kisah di atas membuktikan betapa komputer dan teknologi bisa mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik. Mulai dari membuka pasar hingga mendapat ketrampilan khusus. Yang tidak berubah dari mereka mungkin adalah kesederhanaannya.
Masih dengan gaya bersahaja, ketika ditanya apa rencananya ke depan, Suhar menjawab, bahwa dia akan terus belajar dan meluaskan jaringannya. Lalu targetnya kelak mau jadi seperti apa? "... sak mlakune mas," katanya - suatu jawaban yang sulit diterjemahkan tapi dengan gamblang menggambarkan kepasrahan pada apa yang akan terjadi nanti.
Diposting oleh cat fish

0 komentar: