Jumat, 19 Desember 2008 di 04.07 |  

PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untukkonsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnyadengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut,dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga beluttinggal diambil saja.PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalamjumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatianyang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalamkualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harusdibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan(untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belutukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untukpemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm danuntuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanyadibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belutremaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolambelut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) dayatampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dandasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selaluada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupukkandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosonguntuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnyaditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagiditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelahtumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnyasekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikianmedia dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkanbeberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
PEMELIHARAAN DAN PEMBESARAN
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk
pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah
satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa
cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari
sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada
pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari
luar dan dalam kolam tidak beracun.

PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dangeografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapatberada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengankelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalukeruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbahpabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisarantara 25-31 derajat C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dankaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaituukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasatidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
PENYIAPAN BIBIT
1) Menyiapkan Bibit a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secaraintensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulandalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan. b.Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibitdiperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. c. Pemilihanbibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanyabelut yang dipijahkan 40± 30 cm dan belut jantan berukuran ±adalahbelut betina berukuran cm. d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahandengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolamseluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari denganukuran anak belut berkisar 1,5-2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segeradiambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit.Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkandi kolam 1 (satu) bulan sampai anak belut±pendederan calon bibitselama tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudahbisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulanatau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belutditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam halini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yanghilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di airyang mengalir.
PEMELIHARAAN PEMBESARAN
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentukpelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salahsatu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupacacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 harisekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan padapemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dariluar dan dalam kolam tidak beracun.

ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,- b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-d. Lain-lain Rp. 30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28 10.2.Gambaran Peluang AgribisnisBudidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaranmempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaanikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik,maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminatikonsumen.
Dikutip dari :http://groups.google.co.id/group/belutjawa/msg/93463d210c0da8b0
PROSPEK PASAR BELUT DI HONGKONG
Siang itu Juli 2006 di Batutulis, Bogor, pancaran matahari terik membuat Ruslan Roy harus berteduh. Ia tetap awas melihat kesibukan pekerja yang memilah belut ke dalam 100 boks styrofoam. Itu baru 3,5 ton dari permintaan Hongkong yang mencapai 60 ton/hari, ujar Ruslan Roy.
Alumnus Universitras Padjadjaran Bandung itu memang kelimpungan memenuhi permintaan belut dari eksportir. Selama ini ia hanya mengandalkan pasokan belut dari alam yang terbatas. Sampai kapan pun tidak bisa memenuhi permintaan, ujarnya. Sebab itu pula ia mulai merintis budi daya belut dengan menebar 40 kg bibit pada Juli 1989.
Roy-panggilan akrab Ruslan Roy-memperkirakan seminggu setelah peringatan Hari Kemerdekaan ke-61 RI semua Monopterus albus yang dibudidayakan di kolam seluas 25 m2 itu siap panen. Ukuran yang diminta eksportir untuk belut konsumsi sekitar 400 g/ekor. Bila waktu itu tiba, eksportir di Tangerang yang jauh-jauh hari menginden akan menampung seluruh hasil panen.
Untuk mengejar ukuran konsumsi, peternak di Jakarta Selatan itu memberi pakan alami berprotein tinggi seperti cacing tanah, potongan ikan laut, dan keong mas. Pakan itu dirajang dan diberikan sebanyak 5% dari bobot tubuh/hari.
Dengan asumsi tingkat kematian 5-10% hingga berumur 9 bulan, Roy menghitung 4-5 bulan setelah menebar bibit, ia bakal memanen 400 kg belut. Dengan harga Rp40.000/kg, total pendapatan yang diraup Rp 16 juta. Setelah dikurangi biaya-biaya sekitar Rp 2 juta, diperoleh laba bersih Rp 14 juta.
Keuntungan itu akan semakin melambung karena pada saat yang sama Roy membuat 75 kolam di Rancamaya, Bogor, masing-masing berukuran sekitar 25 m2 berkedalaman 1 m. Pantas suami Kastini itu berani melepas pekerjaannya sebagai konsultan keuangan di Jakarta Pusat.
Perluas areal
Nun di Bandung, Ir R M Son Son Sundoro, lebih dahulu menikmati keuntungan hasil pembesaran belut. Itu setelah ia dan temannya sukses memasok ke beberapa negara. Sebut saja Hongkong, Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Malaysia, dan Thailand. Menurut Son Son pasar belut mancanegara tidak terbatas. Oleh karena itu demi menjaga kontinuitas pasokan, ia dan eksportir membuat perjanjian di atas kertas bermaterai. Maksudnya agar importir mendapat jaminan pasokan.
Sejak 1998, alumnus Teknik dan Manajemen Industri di Institut Teknologi Indonesia, itu rutin menyetor 3 ton/hari ke eksportir. Itu dipenuhi dari 30 kolam berukuran 5 m x 5 m di Majalengka, Ciwidey, Rancaekek, dan 200 kolam plasma binaan di Jawa Barat. Ia mematok harga belut ke eksportir 4-5 US$, setara Rp 40.000-Rp 60.000/kg isi 10-15 ekor. Sementara harga di tingkat petani plasma Rp 20.000/kg.
Permintaan ekspor belutNegara TujuanKebutuhan (ton/minggu)
Jepang1.000
Hongkong350
Cina300
Malaysia80
Taiwan20
Korea10
Singapura5
Sumber: Drs Ruslan Roy, MM, Ir R. M. Son Son Sundoro, www.eelstheband.com, dan telah diolah dari berbagai sumber.
Terhitung mulai Juli 2006, total pasokan meningkat drastis menjadi 50 ton per hari. Itu diperoleh setelah pria 39 tahun itu membuka kerja sama dengan para peternak di dalam dan luar Pulau Jawa. Awal 2006 ia membuka kolam pembesaran seluas 168 m2 di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Di tempat lain, penggemar travelling itu juga membuka 110 kolam jaring apung masing-masing seluas 21 m2 di Waduk Cirata, Kabupaten Bandung. Total jenderal 1 juta bibit belut ditebar bertahap di jaring apung agar panen berlangsung kontinu setiap minggu. Dengan volume sebesar itu, ayah tiga putri itu memperkirakan keuntungan sebesar US$2.500 atau Rp 20.500.000 per hari.
Di Majalengka, Jawa Barat, Muhammad Ara Giwangkara juga menuai laba dari pembesaran belut. Sarjana filsafat dari IAIN Sunan Gunungjati, Bandung, itu akhir Desember 2005 membeli 400 kg bibit dari seorang plasma di Bandung seharga Rp 11,5 juta. Bibit-bibit itu kemudian dipelihara di 10 kolam bersekat asbes berukuran 5 m x 5 m. Berselang empat bulan, belut berukuran konsumsi, 35-40 cm, sudah bisa dipanen.
Dengan persentase kematian dari burayak hingga siap panen 4%, Ara bisa menjual sekitar 3.000 kg belut. Karena bermitra, ia mendapat harga jual Rp12.500/kg. Setelah dikurangi ongkos perawatan dan operasional sebesar Rp 9 juta dan pembelian bibit baru sebesar Rp 11,5 juta, tabungan Ara bertambah Rp17 juta. Bagi Ara hasil itu sungguh luar biasa, sebab dengan pendapatan Rp 3 juta-Rp 4 juta per bulan, ia sudah bisa melebihi gaji pegawai negeri golongan IV.
Bibit meroket
Gurihnya bisnis belut tidak hanya dirasakan peternak pembesar. Peternak pendeder yang memproduksi bibit berumur tiga bulan turut terciprat rezeki. Justru di situlah terbuka peluang mendapatkan laba relatif singkat. Apalagi kini harga bibit semakin meroket. Kalau dulu Rp 10.000/kg, sekarang rata-rata Rp 27.500/kg, tergantung kualitas, ujar Hj Komalasari, penyedia bibit di Sukabumi, Jawa Barat. Ia menjual minimal 400-500 kg bibit/bulan sejak awal 1985 hingga sekarang.
Pendeder pun tak perlu takut mencari pasar. Mereka bisa memilih cara bermitra atau nonmitra. Keuntungan pendeder bermitra: memiliki jaminan pasar yang pasti dari penampung. Yang nonmitra, selain bebas menjual eceran, pun bisa menyetor ke penampung dengan harga jual lebih rendah 20-30% daripada bermitra. Toh, semua tetap menuai untung.
Sukses Son Son, Ruslan, Ara, dan Komalasari memproduksi dan memasarkan belut sekarang ini bak bumi dan langit dibandingkan delapan tahun lalu. Siapa yang berani menjamin kalau belut booming gampang menjualnya, ujar Eka Budianta, pengamat agribisnis di Jakarta.
Menurut Eka, memang belut segar kini semakin dicari, bahkan harganya semakin melambung jika sudah masuk ke restoran. Untuk harga satu porsi unagi-hidangan belut segar-di restoran Jepang yang cukup bergengsi di Jakarta Selatan mencapai Rp 250.000. Apalagi bila dibeli di Tokyo, Osaka, maupun di restoran Jepang di kota-kota besar dunia.
Dengan demikian boleh jadi banyak yang mengendus peluang bisnis belut yang kini pasarnya menganga lebar. Maklum pasokan belut-bibit maupun ukuran konsumsi-sangat minim, sedangkan permintaannya membludak. (Hermansyah/Peliput: Lani Marliani)

HAMA DAN PENYAKIT
Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
Diposting oleh cat fish Label:

0 komentar: